Bisnis.com, JAKARTA - Ekspor industri kecil dan menengah (IKM) penderes gula kelapa di lima kabupaten, yakni Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Kebumen terhalang kesulitan mendapatkan kredit dari bank.
Pasalnya, akses untuk mendapatkan dana murah dari Bank Indonesia di Purwokerto saat ini masih sangat terbatas. Ada dua produk yang dihasilkan IKM ini yakni gula kelapa cetak dan gula semut.
Direktur Jenderal IKM Kementerian Perindustrian Euis Saedah mengatakan akibat sulit mendapatkan dana murah tersebut, IKM penderes gula kelapa tidak mampu membangun dapur higienis.
Menurut Euis dapur higienis berlantai keramik penting agar nira kelapa yang sudah dicetak dapat ditaruh di tempat bersih. Adapun, saat ini IKM penderes gula kelapa sebagian besar belum memiliki dapur higienis karena masih berlantai tanah.
"Jangankan beli keramik, pendapatan mereka rata-rata per bulan hanya Rp800.000. Kalau dapurnya higienis dan pakai keramik, hasil akhirnya bisa ditaruh di lantai, sehingga lebih bersih. Dengan begitu hasilnya bisa diekspor," ujar Euis pada Kamis (25/7/2013).
Saat ini di kelima kabupaten tersebut terdapat total 3.000 IKM penderes gula kelapa. Tak hanya untuk membangun dapur higienis, kredit atau dana murah juga dibutuhkan IKM untuk membeli mesin pengolahan.
Lebih lanjut, Euis menjelaskan jika produksi gula semut dan kelapa cetak lebih higienis selain akan menggenjot ekspor juga dapat dipasok ke pedagang ritel dan hotel-hotel.
Selain permasalahan kredit, IKM juga harus menghadapi masalah lainnya yakni mekanisme pasar gula kelapa yang saat ini sebagian besar dikuasai tengkulak.