Bisnis.com, JAKARTA – Setiap kali mengumumkan prediksi produksi padi di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) sering mengungkapkan istilah angka ramalan (Aram), baik I, II dan III. Apa arti angka ramalan itu?
Angka ramalan yang merupakan hasil perkalian antara luas panen dengan produktivitas (hasil per hektar). Metode ramalan yang selama ini digunakan oleh Badan Pusat Statistik adalah Metode Regresi Linier Sederhana yaitu metode regresi yang menggunakan satu variabel bebas (X) untuk melakukan peramalan terhadap variabel tak bebas (Y).
Untuk meramalkan luas panen satu subround yang akan datang digunakan variabel bebas luas tanaman akhir subround sebelumnya, dan untuk meramalkan hasil per hektar subround yang akan datang digunakan variabel bebas hasil per hektar subround sebelumnya.
Dalam setahun BPS melakukan tiga kali rilis dengan lima status angka produksi tanaman pangan yaitu, Angka Ramalan I (ARAM I), Angka Ramalan II (ARAM II), Angka Ramalan III (ARAM III), Angka Sementara (ASEM), dan Angka Tetap (ATAP). ARAM I tahun berjalan dan ASEM tahun sebelumnya dirilis setiap awal bulan Maret, ARAM II tahun berjalan dan ATAP tahun sebelumnya dirilis setiap Awal bulan Juli, dan ARAM III tahun berjalan dirilis setiap awal bulan November.
ARAM I merupakan angka ramalan/perkiraan produksi tahun berjalan berdasarkan keadaan luas tanaman akhir Desember tahun sebelumnya. ARAM II terdiri dari realisasi produksi Januari–April dan angka ramalan/perkiraan Mei–Desember berdasarkan keadaan luas tanaman akhir bulan April.
ARAM III terdiri dari realisasi produksi Januari–Agustus dan angka ramalan/perkiraan September–Desember berdasarkan keadaan luas tanaman akhir bulan Agustus. ASEM merupakan realisasi produksi beras Januari–Desember tetapi belum final karena mengantisipasi kelengkapan laporan. ATAP adalah realisasi produksi selama satu tahun (Januari–Desember) dan merupakan angka final.