Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Puasa, Aksi Timbun Barang di Priok Kian Marak

BISNIS.COM, JAKARTA--Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mendesak Pelindo II serta Kantor Bea dan Cukai Pelabuhan Tanjung Priok dapat mengurai kepadatan peti kemas akibat semakin maraknya aksi penimbunan barang di lini 1 (terminal) pelabuhan

BISNIS.COM, JAKARTA--Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mendesak Pelindo II serta Kantor Bea dan Cukai Pelabuhan Tanjung Priok dapat mengurai kepadatan peti kemas akibat semakin maraknya aksi penimbunan barang di lini 1 (terminal) pelabuhan tersebut.

Widijanto, Wakil Ketua Bidang Kepalabuhanan ALFI DKI  Jakarta, mengatakan pelabuhan Tanjung Priok belum terhindar dari kepadatan peti kemas di lini 1 atau terminal, karena hingga kini yard occupancy ratio (YOR) peti kemas impor di pelabuhan itu rata-rata diatas 115%.

“Kedua institusi itu mesti mesti lebih cepat mengantisipasi hal ini. Kita jangan lagi saling menyalahkan, sebab kami memperoleh informasi masih ada ribuan bok peti kemas yang di timbun pemiliknya di lini 1 tetapi kargo-nya tidak bisa direlokasi, sehingga kondisi ini menyebabkan kepadatan di terminal peti kemas,” ujarnya kepada Bisnis disela-sela peninjauan langsung pengurus ALFI DKI Jakarta ke lapangan JICT, Rabu (26/6/2013).

Dia mengatakan sulitnya upaya menekan  YOR impor di Pelabuhan Tanjung Priok akibat maraknya aksi timbun barang tersebut sudah dibahas dalam pertemuan di Kantor Menko Bidang Perekonomian, pada awal pekan ini yang dimelibatkan semua pemangku kepentingan di pelabuhan tersebut.

Tingginya kondisi YOR di pelabuhan itu, imbuhnya, juga  menyebabkan blok lapangan ekspor juga terpakai untuk menumpuk kargo impor sehingga jika dibiarkan berlarut-larut akan menyebabkan pelabuhan terancam stagnasi.

“Apalagi tidak lama lagi kita menghadapi puasa dan lebaran yang biasanya terdapat kecenderungan peningkatan volume arus barang melalui pelabuhan untuk pemenuhan kebutuhan di dalam negeri.Kondisi pelabuhan sekarang sudah krodit,” paparnya.

Disisi lain, ungkap Widijanto, TPS (tempat penimbunan sementara) yang menjadi buffer terminal peti kemas juga  hampir tidak mampu menampung limpahan relokasi peti kemas impor yang belum clearance. “Saya menerima informasi di semua lokasi TPS-pun YOR nya juga sudah tinggi yakni lebih dari 85%. Ini kan keadaan yang cukup dilematis,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Akhmad Mabrori
Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper