Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga BBM Naik, Indonesia Tuai Pujian Moody's

BISNIS.COM,JAKARTA—Terlepas dari pro dan kontra mengenai kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga premium menjadi Rp6.000 dan solar menjadi Rp5.500, penaikan harga BBM bersubsidi itu ternyata mampu mendongkrak reputasi utang Indonesia di mata

BISNIS.COM,JAKARTA—Terlepas dari pro dan kontra mengenai kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga premium menjadi Rp6.000 dan solar menjadi Rp5.500, penaikan harga BBM bersubsidi itu ternyata mampu mendongkrak reputasi utang Indonesia di mata lembaga pemeringkat Moody’s Investor Service.

“Reformasi subsidi BBM tersebut menjadi kredit positif bagi pemerintah Indonesia, karena akan menekan pengeluaran dan menjaga defisit anggaran di bawah 3% dari PDB [produk domestik bruto],” tulis laporan Moody’s yang rilis Senin (24/6/2013).

Angka 3% adalah ambang batas defisit maksimal di APBN yang ditetapkan pemerintah.

Moody’s mencatat subsidi bahan bakar minyak (BBM) telah mencapai 14,3% dari total belanja APBN 2012, padahal pada 2009 alokasi subsidi itu hanya 4,8% saja.

Dalam kondisi alokasi subsidi BBM yang membengkak tersebut, jika pemerintah tidak menaikkan harga premium menjadi Rp6.000 dan solar ke Rp5.500 ambang batas defisit 3% tersebut akan terlampaui.

Moody’s melihat pengurangan subsidi BBM membuat Indonesia bisa tetap menjaga ‘kepatuhan’ terhadap batas maksimal defisit tersebut.

“Pengurangan subsidi tersebut membuat Indonesia berpotensi menekan ambang batas maksimal defisit menjadi hanya 2,4% saja,” lanjut laporan itu.

Pertamina sebagai BUMN yang mengelola distribsi BBM bersubsidi juga menuai manfaat positif dari pengurangan subsidi BBM.

Moody’s memperkirakan Pertamina bisa menghemat dana dana US$3,6 miliar (sekitar Rp3,6 triliun), sehingga BUMN minyak itu bisa menggenjot modal kerja.

Maklum selama ini Pertamina harus menunggu pembayaran penggantian  (reimbursement) dari pemerintah untuk setiap solar dan premium yang dijual ke konsumen.

Moody’s mematok angka Rp3,6 triliun itu dengan asumsi proporsi pendapatan Pertamina dari solar dan premium adalah 58%.

Artinya, untuk setiap Rp6.000/ liter  premium yang dijual, Pertamian menuai pendapatan Rp3.480, sedangkan dari  1 liter solar Rp5.500 pertamina menuai pendapatan Rp3.190.

Apakah pernyataan Moody’s itu menjadi sinyalemen bahwa peringkat utang Indonesia yang saat ini di level Baa3 stable dan Pertamina (juga Baa3 stable) akan naik? Kita tunggu saja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sutarno
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper