BISNIS.COM, JAKARTA—Kebijakan Federal Reserve (The Fed) yang berencana menghentikan quantitative easing (QE) pada pertengahan 2014 merupakan sinyal positif bagi neraca perdagangan Indonesia.
Perry Warjiyo, Deputi Gubernur Bank Indonesia, mengatakan penghentian QE merupakan sinyal adanya perbaikan ekonomi di Amerika Serikat.
Selain menjadi salah satu mitra dagang utama, jelasnya, perbaikan ekonomi AS juga akan mendongkrak perekonomian mitra dagang utama Indonesia lainnya, seperti China, Jepang, dan India.
“Kejelasan recovery ekonomi AS juga akan memperbaiki kinerja ekspor Indonesia dan mitra dagang utama kita serta penurunan current account deficit [defisit transaksi berjalan] kita,” ujarnya, Jumat (21/6).
Seperti diketahui, China, Jepang, Amerika Serikat, dan India merupakan daerah tujuan ekspor non migas terbesar bagi Indonesia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor non migas sepanjang Januari sampai April 2013 menuju empat wilayah tersebut mencapai US$21,6 miliar atau mencapai 43,6% dari total ekspor non migas Indonesia pada periode tersebut.
Perry memperkirakan defisit transaksi berjalan Indonesia akan menyempit memasuki kuartal III dan kuartal IV tahun ini.
Berdasarkan data Bank Indonesia transaksi berjalan pada kuartal I/2013 mencapai defisit US$5,27 miliar, lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang defisitnya sebesar US$3,1 miliar.