Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peternak Sapi Perah, Inilah Kisah Sukses Sukirno

BISNIS.COM, JAKARTA - Pria berpakaian rapi dan bersepatu itu sedang asyik berbicara dengan seorang lelaki yang lebih tua darinya. Tampaknya pria rapi itu lebih banyak bertanya, sedangkan yang lebih tua itu lebih banyak menjawab pertanyaan yang dilontarkan

BISNIS.COM, JAKARTA - Pria berpakaian rapi dan bersepatu itu sedang asyik berbicara dengan seorang lelaki yang lebih tua darinya. Tampaknya pria rapi itu lebih banyak bertanya, sedangkan yang lebih tua itu lebih banyak menjawab pertanyaan yang dilontarkan kepadanya.

“Sehari setor berapa Pak?”, tanya pria berpakaian rapi itu.

“Tidak pasti Pak, tapi alhamdulillah hari ini bisa setor 60 liter,” Jawab pria yang lebih tua.

Kemudian pria rapi bertanya lagi, “Dari total 60 liter itu, bisa dapat uang berapa?”.

Dan pria lebih tua itu menjawab sambil tangan kanannya menahan pundak kirinya yang sedang memanggul pikulan. ”Kalau hari ini tidak dapat uang, hanya setor saja ‘kan hitungannya itu tiap sepuluh hari, kalau bagus dapatnya ya sekitar Rp.1,5 juta. Tapi itu belum dikurangi perawatan dan sebagainya”.

Demikianlah sekelumit percakapan antara Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Khrisnamukti dan Sukirno, seorang peternak sapi perah di daerah Pasuruan, Jawa Timur, yang sempat Bisnis dokumentasikan pada akhir Mei lalu.

Sukirno adalah salah seorang peternak sederhana yang menggantungkan hidupnya dari hasil berjualan susu sapi. Dia bersyukur karena sampai saat ini, sudah ada pembeli yang menampung hasil peternakannya, meskipun harganya tidak terlalu tinggi.

“Alhamdulillah, sampai saat ini tidak sampai rugi, meskipun tidak bisa untung banyak. Tapi bagi saya selama tidak rugi saja sudah tidak apa-apa,” jelasnya.

Jawaban itu sangat beralasan, mengingat sejak kecil ia sudah menekuni usaha peternakan sapi perah ini. “Sudah dari ayah saya dulu, jadi sejak kecil ya saya sudah menjadi pemerah susu,” katanya, karena itulah ia tidak kaget kalau hasil yang didapatkan dari menjual susu ini tidak begitu banyak.

Sukirno pun bangga dengan profesi yang selama ini dijalaninya, Dia pun tidak hapal sudah berapa tahun menekuni pekerjaan sebagai pemerah susu sapi ini, “Ya kalau ditanya berapa tahun, saya tidak tahu, lha wong sejak kecil saya sudah disini [jadi pemerah susu]” ungkapnya.

Kelihatan sekali bahwa Sukirno bangga terhadap pekerjaannya, hal ini terlihat dari jawaban yang diucapkannya seakan mengandung gelora penuh semangat. Dia pun melanjutkan, penghasilan peternak sapi perah sangat bergantung dari kondisi sapi perah itu sendiri, “asal sapinya tidak rewel saja, hasilnya bisa baik,” ungkapnya.

Saat ini Sukirno memiliki 4 sapi dewasa dan 2 sapi yang masih kecil, sebagian sapi tersebut adalah titipan dari koperasi yang ada di daerahnya. Mengenai kualitas susu yang dihasilkannya, Sukirno mengakui tidak begitu memahami, hanya saat ini setiap bulannya ia bisa mendapatkan uang bersih sekitar Rp.600.000 sampai Rp.1 juta.

Uang sebesar itu akan Dia pakai untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari, sekaligus untuk biaya pendidikan kedua anaknya yang salah satunya sudah memasuki bangku SMA, Sukirno sendiri hanya lulusan SD. “Saya punya 4 ekor [sapi perah] yang sudah produksi, sedangkan ada 2 yang masih pedet [anak sapi]” terangnya.

Sukirno sempat kaget ketika Wamendag Bayu Khrisnamukti menawari agar menjual sapi perahnya. “Sekarang ‘kan harga sapi lagi naik, kog tidak dijual saja pak?,” tanya Wamendag.

Sukirno pun menjawab, “Kalau masih bagus ya tidak mungkin saya jual, sayang karena nanti cari gantinya juga susah, sampai harus ke daerh tetangga,”.

Sementara itu, Pengurus KUD di wilayah tersebut, Jubar Nusananta mengatakan kualitas susu yang berada di wilayahnya sudah baik. Hal ini tidak lepas dari peran pemerintah yang mampu mengandeng swasta agar bersedia memberi pelatihan cara beternak sapi perah yang baik dan berkesinambungan.

Saat ini Koperasi yang bernama KUD Pucang Sari ini menaungi 15 kelompok peternak atau sekitar seribuan peternak, dengan total ternak sekitar 2.300 ekor. Dimana, dalam sehari mampu memproduksi 27 ton susu segar dengan rata-rata kualitas yang cukup baik.

Meskipun demikian, Jubar mengakui bahwa wilayahnya masih dibayang-bayangi oleh adanya beberapa peternak yang menjual sapi perahnya, “Kita mengakui beberapa peternak sempat menjual sapi perahnya, pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa mengingat sapi tersebut adalah milik pribadi, oleh karena itu kita mensiasati dengan meminjamkan sapi kepada peternak dengan cara ini mereka tidak bisa menjual sapi tersebut ,” jelasnya.

Pinjaman yang dimaksud Jubar adalah, KUD meminjamkan sapi perah ke peternak dengan perjanjian yang sudah disepakati sebelumnya. “Sistemnya bagi hasil, nanti berapa persennya akan masuk ke kas KUD. Nilainya tergantung kondisi sapinya, karena kan biaya perawatannya sama, sedangkan yang membedakan adalah produksinya, yang pasti tidak memberatkan petani” katanya.

Selain itu, masalah yang saat ini dihadapi petani adalah susahnya mendapatkan bahan. Jubar mengatakan jagung sebagai bahan pakan yang baik untuk sapi perah, namun akhir-akhir ini sulit didapat. “Jagung itu sebenarnya baik, namun karena susah di dapatkan maka harganya menjadi tidak stabil dan cenderung tinggi, akhirnya peternak mesiasatinya dengan menggunakan rumput gajah,” jelasnya.

Penggunaan rumput gajah tersebut memang lebih ekonomis, namun kurang baik bagi produksi susunya, tetapi Jubar memaklumi pilihan beberapa peternak itu.  “Saya paham, biaya yang mereka keluarkan itu cukup besar. Kalau harus beli semua, misal dari pakan sampai pekerjanya, ya tipis sekali hasilnya,” katanya.

Hitungan sederhananya, lanjut Jubar, kalau rata-rata seekor sapi perah menghasilkan 15 liter susu per hari, maka biaya operasional setara dengan 12 liter, yang 3 liter adalah keuntungannya. Masalahnya, lanjut Jubar, produksi sebesar itu cukup membahayakan bagi keberlangsungan sapi itu sendiri, “Produktifitas maksimal saat ini kan sekitar 15 liter itu, lha kalau terus dipaksa seperti itu, sapi ini tidak akan bisa bertahan lama,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang berbeda, Wakil menteri pertanian, Rusman Heryawan mengatakan pihaknya mengajak semua pihak yang memiliki kepentingan untuk bersama-sama menggalakkan peternakan sapi perah dalam negeri.

“Pemerintah mengajak semua pihak yang berkepentingan di sektor ini untuk bersama-sama membangun industri ini, dengan cara memberikan pelatihan kepada peternaknya atau melakukan inovasi terkait pakan ataupun juga obat-obatan yang implikasinya terjadi peningkatan produksi dan juga kualitas susu yang dihasilkan peternak kita,” katanya.

Mengenai harga susu peternak Dia percaya dengan kualitas yang meningkat, secara tidak langsung akan meningkatkan penghasilan peternak. Saat ini penentuan harga peternak masih terkendala dengan standar kualitas yang berlaku di masing-masing perusahaan pengolah susu.

Berdasarkan data kementan menyebutkan populasi sapi perah di Indonesia sekitar 600.000 ekor, dengan laju perkembangan 2,5%/tahun dan 98% tersebar di Pulau Jawa. Produksinya sendiri hanya mampu memenuhi kebutuhan konsumsi nasional antara 25% - 30%, sisanya masih dipenuhi dari impor. Hampir seluruh produksi susu segar (98%) dipasarkan ke Industri Pengolah Susu (IPS).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Others
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper