BISNIS.COM, JAKARTA - Usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia masih menghadapi kesulitan dalam mengakses dana perbankan, padahal harus menghadapi persaingan ketat dalam pasar tunggal Asean mulai 2015.
Ketua Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPD HIPMI) Jaya, Andika Anindya Wiguna mengatakan persoalan ini membuat UMKM sulit berkembang dan berpotensi kehilangan daya saing saat berhadapan dengan pengusaha dari negara lain di Asia Tenggara.
Mengutip laporan Bank Indonesia, Andika menyebutkan 60%-70% UMKM di Indonesia belum dapat mengakses perbankan.
"Ini tantangan kita bagaimana UMKM bisa mendapatkan akses permodalan sehingga usahanya dapat berkembang saat AEC (Asean Economic Community) 2015," katanya dalam seminar Kesiapan UMKM Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015, Rabu (29/5).
Pemerintah, lanjutnya, memiliki program kredit usaha rakyat (KUR), tetapi sayangnya dibatasi dengan plafon kredit sampai dengan Rp500 juta.
Padahal, banyak UMKM yang membutuhkan modal kerja di atas Rp500 juta dengan persyaratan ringan.
Andika mengusulkan agar kebijakan itu diperlonggar dengan memperluas plafon kredit di atas Rp500 juta. (mfm)