BISNIS.COM, JAKARTA— Indonesia perlu melakukan perbaikan di neraca jasa dan pendapatan untuk mengurangi tekanan pada transaksi berjalan yang pada kuartal ini tercatat defisit US$5,3 miliar atau –2,4% terhadap PDB.
Bambang P.S. Brodjonegoro, Plt. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), mengatakan perbaikan tersebut diperlukan di tengah belum pulihnya kondisi neraca perdagangan Indonesia akibat perekonomian global yang belum kondusif.
“Neraca jasa dan pendapatan dari dulu defisit. Itu masalahnya terkait pengangkutan kapal dan pembayaran tenaga kerja. Memang porsi asing masih dominan di situ,” katanya, Rabu (15/5/2013).
Kepala BKF mengatakan beberapa tahun sebelumnya, transaksi berjalan Indonesia memang mencatatkan surplus. Namun, surplus tersebut lebih ditopang oleh kontribusi ekspor barang mentah di dalam neraca perdagangan.
Namun, ekspor barang mentah mudah terpengaruh oleh kondisi perekonomian dunia sehingga rawan membentuk defisit, apalagi situasi ekonomi dunia masih diliputi ketidakpastian.
“Secara struktur, ekspor Indonesia itu rapuh. Nah, kita mungkin harus perbaiki yang terkait jasa dan pendapatan,” ujarnya.
Sejak 2008, transaksi berjalan Indonesia selalu mencatatkan surplus. Kemudian, surplus transaksi berjalan berhenti di kuartal III/2011. Sejak saat itu, transaksi berjalan Indonesia selalu mencatatkan defisit hingga sekarang.
Neraca jasa dan pendapatan selalu mencatatkan defisit, setidaknya sejak 2004. Defisit neraca jasa pada kuartal I/2013 mencapai US$2,3 miliar, sedangkan defisit neraca pendapatan mencapai US$5,7 miliar.
Adapun sepanjang 2012, defisit neraca jasa mencapai US$10,8 miliar, sedangkan defisit neraca pendapatan mencapai US$25,9 miliar.
Lebih lanjut, Bambang menilai kondisi defisit transaksi berjalan masih tergolong managable selama masih berada di bawah level 3% terhadap PDB.
Jika dibandingkan kuartal sebelumnya, defisit transaksi berjalan pada kuartal I/2013 mengalami penurunan. Defisit transaksi berjalan kuartal IV/2012 tercatat sebesar US$7,6 miliar atau 3,5% terhadap PDB. (mfm)