BISNIS.COM, JAKARTA--Pemerintah akan meminta penambahan kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium dan solar dalam anggaran pendapatan dan belanja (APBN) perubahan 2013 untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik mengatakan kuota BBM subsidi yang sebanyak 46,01 juta kiloliter tidak akan mencukupi kebutuhan sepanjang tahun ini. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan peningkatan jumlah masyarakat kelas menengah berdampak pada peningkatan kebutuhan BBM.
“Nanti di APBN Perubahan akan ada tambahan kuota [BBM bersubsidi] untuk setahun ini, itu untuk solar dan premium. Pada 2012 kan kuota BBM subsidi sebanyak 45,27 juta kiloliter, sementara kuota 2013 hanya 46,01 juta kiloliter. Jadi itu tambahan tidak sampai 1 juta kiloliter, sementara pertumbuhan ekonomi mencapai 6,5%,” katanya di Jakarta hari ini, Rabu (24/4/2013).
Jero memproyeksikan pertumbuhan konsumsi BBM bersubsidi akan lebih tinggi sekitar 9% dari realisasi konsumsi pada 2012 yang sebesar 45,07. Dengan demikian, tambahan kuota BBM subsidi yang akan diajukan sebanyak 4,05 juta kiloliter untuk menambah kuota 2013 yang sebanyak 46,01 juta kiloliter.
Menurutnya, beban subsidi akibat penambahan kuota tersebut tidak akan terlalu membebani keuangan negara, karena di sisi yang lain pemerintah juga mengurangi subsidi dengan menerapkan dua harga untuk BBM subsidi.
“Nanti kan ada penyesuaian harga dengan pemberlakuan dua harga, makanya menjadi logis kalau penyesuaian harga itu dilakukan karena kuota BBM subsidi ditambah,” ungkapnya.
Penerapan dua harga untuk BBM bersubsidi itu, lanjut Jero, dapat berdampak pada penurunan volume konsumsi BBM bersubsidi. “Kalau agak mahal kan masyarakat jadi agak hemat sedikit. Dengan begitu kan penghematan dapat dilakukan,” ungkapnya.
Dirjen Migas Kementerian ESDM Edi Hermantoro mengatakan pihaknya masih harus melihat pertumbuhan permintaan BBM subsidi pada Januari hingga April 2013, sebelum menentukan berapa tambahan kuota volume BBM subsidi ke DPR.
“Kami akan melihat pertumbuhan permintaan di Januari hingga April 2013, kan kami harus menjamin. Jadi kami pantau betul permintaan setiap bulannya, jangan sampai rakyat tidak mendapatkan BBM subsidi,” tuturnya.
Menurutnya, pada Mei 2013 pihaknya akan mulai membicarakan rencana penambahan kuota BBM subsidi itu dengan Kementerian Keuangan. Dari situ, akan diajukan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk diputuskan sebagai keputusan Pemerintah dan diajukan ke DPR.
Konsumsi BBM bersubsidi pada 2012 sendiri mencapai 45,07 juta kiloliter, naik sekitar 7,8% dibandingkan konsumsi pada 2011 yang sebesar 41,78 juta kiloliter. Realisasi konsumsi itu masih lebih rendah 200.000 kiloliter dari kuota sebesar 45,27 juta kiloliter yang disetujui DPR.
Untuk konsumsi premium pada 2012 naik menjadi 28,26 juta kiloliter dari realisasi konsumsi pada 2011 yang sebesar 25,52 juta kiloliter. Namun, realisasi konsumsi premium pada 2012 ini masih lebih rendah dibandingkan kuota yang ditetapkan sebesar 28,34 juta kiloliter, atau masih tersisa sebesar 84.000 kiloliter.
Untuk solar, realisasi konsumsi solar tahun lalu mencapai 15,63 juta kiloliter, naik dari 2011 sebesar 14,56 juta kiloliter. Realisasi konsumsi pada 2012 ini juga lebih rendah dari perkiraan yang sebesar 15,73 juta kiloliter.
Sementara konsumsi kerosene (minyak tanah) tercatat sebanyak 1,18 juta kiloliter, lebih rendah dibandingkan 2011 yang sebesar 1,69 juta kiloliter. Jumlah tersebut masih lebih kecil dibandingkan dengan perkiraan konsumsi kerosene pada 2012 yang sebesar 1,20 juta kiloliter.