Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RUMPUT LAUT : ARLI Targetkan Produksi 200.000 ton Rumput Kering

BISNIS.COM, NUSA DUA, Bali -- Asosiasi Rumput Laut Indonesia menargetkan produksi 200.000 ton rumput laut kering selama 2013 seiring dengan makin meningkatnya jumlah industri pengolahan komoditas itu di kawasan timur Indonesia. "Selama ini kapasitas

BISNIS.COM, NUSA DUA, Bali -- Asosiasi Rumput Laut Indonesia menargetkan produksi 200.000 ton rumput laut kering selama 2013 seiring dengan makin meningkatnya jumlah industri pengolahan komoditas itu di kawasan timur Indonesia.

"Selama ini kapasitas produksi rumput laut kering 180.000 ton per tahun. Tahun ini kami tingkatkan menjadi 200.000 ton," kata Ketua Umum Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) Safari Azis di sela-sela Simposium Ke-21 Rumput Laut Internasional (International Seaweed Symposium/ISS) di Nusa Dua, Bali, Senin.

Dari kapasitas produksi yang mencapai 180.000 ton itu, sebanyak 169.000 ton atau senilai US$200 juta untuk memenuhi pasar ekspor.

Selama ini di pasar ekspor, Indonesia bersaing dengan Filipina. "Namun untuk jenis 'eucheuma cottonii' kualitas produk kita tetaplah nomor satu di dunia," kata Ketua Panitia Nasional ISS itu.

Azis menyebutkan bahwa saat ini terdapat dua industri baru yang bergerak di bidang pengolahan rumput laut. "Secara keseluruhan di Indonesia ada 16 industri pengolahan rumput laut. Paling banyak berada di kawasan Indonesia timur," katanya.

Dengan makin bertambahnya industri pengolahan rumput laut, ARLI meminta pemerintah memberikan insentif dan fasilitas lainnya untuk meningkatkan penerimaan devisa dan menggairahkan petani rumput laut yang selama ini tersebar di daerah-daerah terpencil.

"Kalau bisa hapus saja pajak-pajak yang secara tidak langsung dapat menghambat perkembangan industri rumput laut," katanya mengusulkan.

Indonesia menjadi tuan rumah "21st ISS" yang dihadiri 700 peserta dari 50 negara pada 21-26 April 2013 di Nusa Dua, Kabupaten Badung. Indonesia termasuk wilayah "Coral Triangle" (tempat budidaya rumput laut di kawasan pesisir) sehingga membutuhkan berbagai hasil penelitian dan kesempatan bisnis untuk memajukan ekonomi masyarakat.

ISS merupakan ajang tiga tahunan sejak pertama kali digelar di Edinburgh, Skotlandia, pada 1952. Sebelum di Bali, ISS terakhir kali digelar di Ensenada, Meksiko, pada 2010. (Antara/dot)



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper