BISNIS.COM, PALEMBANG--Dinas Perkebunan Sumsel menggenjot diversifikasi kebun kopi dengan tanaman kakao yang dinilai memiliki harga lebih tinggi dibanding komoditas kopi.
Kepala Bidang Perencanaan Disbun Sumsel Dian Eka Putra mengatakan kakao bisa menjadi tanaman bayangan sehingga petani kopi yang selama ini kurang bergairah terhadap harga jual kopi dapat juga menanam kakao di kebunnya.
“Setelah 3 tahun tanam kakao ini mulai menghasilkan dan bisa panen secara bulanan, harganya tergolong lebih baik dibanding kopi,” katanya kepada Bisnis, Selasa (16/4/2013).
Dia mengemukakan untuk menggenjot diversifikasi itu pemerintah telah meluncurkan program pengembangan di lahan seluas 500 ha yang tersebar di 5 sentra produksi kopi, salah satunya Kabupaten Lahat dan Kota Pagar Alam.
Menurut Dian saat ini rerata harga kakao di tingkat petani Sumsel bisa menembus Rp19.000 per kg – Rp20.000 per kg. Sementara untuk harga kopi masih berada di bawah Rp17.000 per kg.
Data dinas tersebut mencatat produksi kakao baru mencapai 3.566 ton biji kering dengan sebaran luasan areal tanam pada tahun lalu seluas 9.047 ha. Adapun tingkat produktivitasnya sendiri baru mencapai 0,99 ton per ha.
Dia mengatakan potensi peningkatan produksi, luas tanam maupun produktivitas untuk komoditas ini masih sangat tinggi.
Secara terpisah, Kepala Bidang Produksi Dinas Perkebunan Sumsel Safar Bahri mengatakan sudah seharusnya kesejahteraan petani kopi mendapat perhatian.
Pasalnya produksi komoditas itu dalam beberapa tahun ini stagnan dan membuat petani kurang bergairah untuk mengembangkannya.
“Peremajaan lahan masih minim dan jumlah kopi yang dihasilkan tidak ada perkembangan atau stagnan,” katanya.
Saat ini produksi kopi di Sumsel sendiri berkisar 136.000 ton per tahun dengan luas areal kebun sekitar 256 Ha. Luas lahan itu sendiri tidak bertambah sejak beberapa tahun lalu.
Safar mengemukakan meski masih menjadi tanaman utama bagi petani di beberapa kabupaten, petani tampaknya cenderung semangat untuk menanam komoditas yang bisa dipanen setiap bulan, seperti kakao.
Meski sudah mulai terjadi diversifikasi tanaman, tambah Safar, pihaknya masih akan memberikan pelatihan kepada petani kopi agar produksi dapat meningkat.
Salah satu upayanya adalah mengajak petani untuk memulai menanam kopi jenis sematik yang dinilai lebih cepat berbuah dan hasilnya yang lebih banyak dibandingkan jenis kopi yang ada.
“Upaya untuk meningkatkan produksi terus kita lakukan, kita terus sosialisasikan agar para petani menanam kopi jenis sematik yang lebih cepat berbuah dan hasilnya lebih banyak, tetapi memang karena harga kopi yang terbilang naik turun ditambah dengan masa panennya yang satu tahun hanya sekali membuat upaya ini menjadi kurang maksimal,” paparnya.