BISNIS.COM, JAKARTA --Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) mengeluhkan tingginya bunga bank di Indonesia yang mencapai 12,5% per tahun. Tingginya bunga bank itu menyebabkan kontraktor lokal sulit bersaing dengan kontraktor asing yang datang dengan dukungan perbankan mereka di Indonesia.
Ketua AKI Sudarto mengungkapkan perbankan pada prinsipnya adalah pengerak ekonomi dan bukan terutama mencari keuntungan. AKI sekarang bukan hanya kontraktor tetapi kita juga mulai masuk ke investasi di bidang konstruksi.
“Kontraktor asing dengan dukungan bunga perbankan mereka hanya 3% atau 4% dan kita harus bersaing dengan bunga 12%. Kita pasti kesulitan,” ungkapnya di Jakarta, Rabu (3/4/2013).
Selain bunga bank yang tinggi, Aki juga mengeluhkan pengenaan pajak penghasilan (PPh) final yang ditetapkan 3%. Padahal di luar negeri sudah tidak ditetapkan lagi PPh itu. Hal itu menyebabkan keuntungan kontraktor hanya sekitar 3% -4%.
Dia menjelaskan kendala di dunia konstruksi itu ditambah lagi dengan minimnya tenaga kerja terampil di Indonesia. Ia mengungkapkan banyak tenaga ahli yang dididik Kementerian Pekerjaan Umum diambil oleh kontraktor asing untuk bekerja di luar negeri.
“Bayaran sebenarnya tidak jauh berbeda, tambah lagi harus jauh dari keluarga. Seharusnya tenaga yang dididik itu bisa langsung diserap oleh perusaahaan kontraksi di Indonesia,” ungkapnya.
Lebih jauh AKI juga mengeluhkan pemeriksaan pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh beberapa instansi pemerintah. Menurutnya pemeriksaan dapat dilakukan oleh dua atau tiga lembaga saja karena isi pemeriksaan umumnya sama.
Dia menjamin bahwa AKI sejak 2011 selalu mendukung good corporate governance dan selalu melakukan fair play untuk proyek dengan mengedepankan kompetensi. “Memang ada anggota AKI yang tersandung masalah, tapi itu tidak bisa digeneralisasi,” ungkapnya.