BISNIS.COM, JAKARTA— Beberapa peritel Jepang dikabarkan akan segera berkunjung ke Indonesia pada pertengahan April.
Mereka berencana melebarkan jangkauan pasar melalui Japan Retailers Association atau JRA.
Sekjen Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Satria Hamid mengatakan langkah beberapa peritel Jepang yang gencar berekspansi di Indonesia dinilai perlu ditiru. Kerjasama ini biasanya bersifat business to business (B2B).
“Kita harus menyiapkan diri terhadap penetrasi asing. Brand ritel lokal seharusnya bisa difasilitasi dan dibantu oleh pemerintah. Kalau mereka melakukan pendekatan melalui B2B, kita bisa dari G2G (government to government),” katanya, belum lama ini.
Ritel Jepang dinilai sangat agresif dalam memperluas pasar. Penetrasi ini juga dilakukan oleh pemerintah melalui G2G. Mereka masuk melalui pemerintah negara dan asosiasinya.
Satria menambahkan dengan negosiasi G2G, harapannya pemerintah bisa menyediakan kemudahan dalam aksesibilitas ke negara lain. Jadi ritel tidak hanya kuat di pasar dalam negeri. Negosiasi ini bisa dimulai dari pasar negara-negara Asean.
Ritel lokal, menurutnya, tidak perlu takut akan serbuan asing. Brand lokal dinilai tidak kalah bersaing dengan asing dan peluang untuk tetap mendominasi pasar tetap ada.
Selain itu, pasar lokal yang tergolong unik membuat peritel asing juga harus menyiapkan strategi lain.
Masyarakat Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda, mulai dari Jawa-luar Jawa atau urban dan nonurban.
Terbukti ada beberapa ritel asing yang gagal seperti Wallmart, Metro AG, dan Makro. (ra)