BISNIS.COM, JAKARTA—PT Garam setuju untuk memberikan sisa lahan non-produktif kepada petani garam sebagai salah satu tawaran solusi bagi konflik lahan di Madura.
Direktur Utama PT Garam Yulian Lintang mengungkapkan belum mengetahui jumlah lahan yang akan diserahkan untuk digarap oleh petani karena masih menunggu perkembangan di lapangan. Yang jelas saat ini perseroan memiliki sekitar 6.000 lahan, yang terdiri atas 5.600 hektare lahan produktif dan 400 hektare lahan non-produktif.
"Nanti kami lihat di lapangan, lahan yang kurang produktif kami berikan kepada mereka. Kami sudah berikan lahan kepada 1.654 petani, kurang lebih 574 hektare lahan. Itu yang garam saja, yang ikan kurang lebih 2.000 hektare," ujarnya usai Rapat Dengar Pendapat di Komisi VI DPR hari ini (26/3/2013).
Menurutnya perseroan akan berupaya agar konflik dan pembagian lahan tersebut tidak mempengaruhi produktifitas dan pendapatan perseroan. Sebab itu nantinya lahan yang akan diserahkan hanya lahan produktif agar menjadi produktif melalui pengolahan oleh petani.
Deputi Bidang Usaha Industri Strategis dan Manufaktur Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dwijanti Tjahjaningsih mengungkapkan pembagian lahan kepada petani tidak berarti PT Garam tidak mendapatkan apa-apa.
"Seharusnya ada nanti bagaimana mekanismenya direksi yang tahu. Namun yang jelas tidak bisa petani dikasih semua lahan, kalau semua 5.000 petani yang minta diberi, 1 petani 1 hektare saja sudah habis lahan PT Garam," terangnya.
Ketua Gerakan Gotong Royong Petani Garam Madura Masrawi mengungkapkan pad amulanya lahan tersebut disewa oleh Belanda selama 50 tahun sejak 1936. Namun sjeka perjanjian sewa habis, Kementerian Perindustrian memperoleh hak terhadap lahan tersebut melalui penunjukan PT Garam.
Dia juga menegaskan petani telah banyak mengalah dan hanya minta hak penggarapan lahan. Akan tetapi sejak 2003 hal tersebut tak kunjung terealisasi. Padahal, klaimnya, saat ini petani garam lebih produktif ketimbang PT Garam.
Dia mengkalim PT Garam hanya mampu memproduksi 35 ton--40 ton per hektare, padahal petani garam dapat memproduksi hingga 125 ton--150 ton.
"PT Garam punya luas lahan 5.500 hektare tapi hampir 85 persen dijadikan lahan tidur (tidak di garap). Begitu sia-sia sekali kalau lahan itu tidak diserahkan ke petani garam," terangnya.
Yulian mengelak, menurutnya saat perseroan mampu menghasilkan garam berkualitas premium yang tidak sebanding dengan garam petani.
Dia mengungkapkan pada tahun lalu perseroan memproduksi garam 5.000 ton dari totla 5.600 hektare lahan. Adapun pada tahun ini diperkirakan produksi dapat tumbuh hingga 40% dengan cara intensifikasi.