Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA BAWANG: Ini 3 Penyebab Kenaikan versi DPR

BISNIS.COM, JAKARTA-- Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Herman Khaeron menyatakan ada tiga faktor naiknya harga bawang merah di pasaran dalam negeri, yakni ulah spekulan, distribusi impor tersendat, dan dampak dari pertumbuhan ekonomi.

BISNIS.COM, JAKARTA-- Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Herman Khaeron menyatakan ada tiga faktor naiknya harga bawang merah di pasaran dalam negeri, yakni ulah spekulan, distribusi impor tersendat, dan dampak dari pertumbuhan ekonomi.

"Faktor pertama, karena permainan para spekulan yang sangat paham situasi pasar, kapan memasarkan produk bawang dan kapan tidak memasarkannya," kata Herman Khaeron melalui pesan "blackberry", di Jakarta, Kamis (14/3/2013).

Menurut Herman, faktor lainnya yang memicu kenaikan harga bawang merah karena tersendatnya distribusi impor. Sebab  sekitar 90%  komoditas bawang yang beredar di pasar lokal adalah produk impor, sehingga memerlukan kepastian impor.

Faktor lainnya, kata dia, tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang mencapai 6% sehingga pertumbuhan konsumsi perkapita juga meningkat. "Ini berdampak pada permintaan terhadap bawang," katanya.

Menurut Herman, guna mengatasi melonjaknya harga bawang merah, ada tiga solusi yakni menjerat para spekulan dengan sanksi hukum, menelusuri penyumpat komoditas impor, serta lembaga terkait melakukan "update" data soal konsumsi rata-rata per kapita.

Politisi Partai Demokrat ini menjelaskan menjerat para spekulan melalui UU NO 18 tahun 2012 tentang Pangan, di mana dalam UU tersebut menegaskan, seseorang yang dengan sengaja melakukan penimbunan dan menyebabkan harga pangan tinggi dan merugikan masyarakat, dapat diberikan sanksi administrasi, denda, dan pidana.

Kedua, menelusuri penyumbat komoditas ini sehingga ada kepastian pasar merespons terhadap harga. "Selanjutnya secara bertahap melakukan perbaikan sesuai dengan rencana strategis pemerintah untuk pangan, menuju kedaulatan pangan," katanya.

Herman juga mengusulkan agar Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik (BPS) segera melakukan "update" data terkait dengan kebutuhan konsumsi rata-rata per kapita sehubungan dengan tingginya pertumbuhan konsumsi masyarakat untuk komoditas tertentu.(Antara/msb)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing
Editor : Others
Sumber : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper