JAKARTA—Pasar properti Indonesia diperkirakan mencapai titik keseimbangan (equilibrium) pada 2015.
Teguh Satria, Presiden Federasi Realestat Internasional (FIABCI) Asia Pasifik, mengatakan pada saat itu, suplai yang saat ini sebagian tengah dikerjakan pengembang sudah selesai dan mampu mengakomodir permintaan yang ada.
“Pada 2015, saya rasa akan ada titik keseimbangan baru atau equilibrium bagi pasar properti Indonesia, terutama sektor perkantoran. Saat itu, pertumbuhan harga maupun tarif sewa cenderung stabil,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (7/2).
Menurutnya, booming yang terjadi sejak tahun lalu diakibatkan suplai dari pengembang telat memasuki pasar, padahal permintaan terus ada. Suplai sempat tertunda karena pengembang berhenti membangun proyek akibat krisis ekonomi global 2007-2008.
Melejitnya permintaan akan produk property, lanjut Teguh, juga merupakan indikasi keberhasilan pemerintah dalam menarik investor asing untuk menanamkan dananya dalam bentuk ekspansi di Indonesia.
Sementara itu, perusahaan riset properti Colliers Internasional Indonesia memperkirakan pasar perkantoran Indonesia mencapai titik keseimbangan antara suplai dan permintaan pada tahun 2016.
Bagus Adikusumo, Direktur Colliers Internasional Indonesia, mengatakan saat ini permintaan terhadap ruang perkantoran di Indonesia, terutama Jakarta terus melonjak seiring dengan kondusifnya ekonomi makro.
“Saat ini pembangunan gedung-gedung perkantoran terus berlangsung, pada 2016-2017, permintaan tersebut akan tertampung oleh suplai yang ada. Saat itulah baik tarif sewa maupun harga jual mengalami apertumbuhan yang stagnan, bahkan mungkin koreksi,” terangnya. (if)