Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nah lo.. KRISIS EKONOMI Eropa sudah menjalar ke Indonesia

JAKARTA:  Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional menilai krisis ekonomi yang terjadi di Uni Eropa sudah menjalar ke Indonesia, sehingga protokol manajemen krisis harus diperkuat.Sigit Pramono, Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas), menilai

JAKARTA:  Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional menilai krisis ekonomi yang terjadi di Uni Eropa sudah menjalar ke Indonesia, sehingga protokol manajemen krisis harus diperkuat.Sigit Pramono, Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas), menilai tanda krisis sudah masuk Indonesia terlihat dari indikasi seperti pelemahan rupiah, penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan menipisnya likuiditas valuta asing."Kita sudah masuk krisis, jadi bukan ancaman lagi. Semua, dari pemerintah, regulator, pelaku harus siap-siap untuk bisa menghadapi krisis," ujarnya, Selasa, 12 Juni 2012.Sigit berharap Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) harus segera duduk bersama melakukan simulasi pelaksanaan protokol manajemen krisisi (crisis management protocol).Masing-masing instansi tersebut telah menandatangani MoU Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) yang telah memiliki protokol terpisah dalam menghadapi krisis. Menurut dia, semua protokol tersebut harus disikronkan segera."Sinkronisasi protokol krisis masing-masing instansi yang terpisah. Supaya kalau terjadi krisis tidak saling menunggu karena sudah ada tugasnya," ujarnya.Dia menambahkan pada saat ini Indonesia  tidak perlu menaruh harapan besar kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam menghadapi krisiAda beberapa alasan Sigit untuk tidak menaruh harapan kepada OJK. Pertama, OJK masih belum berfungsi atau beroperasional penuh.Selain itu Dewan Komisioner (DK) OJK juga belum terpilih dan ditetapkan kewenangannya, ditambah lagi masa transisi dari beberapa institusi keuangan yang dilebur."Selama proses tansisi BI masih bertanggungjawab sampai akhir 2013. Jadi jangan harap banyak ke OJK sekarang masih BI," ujarnya. (ra)

 

ARTIKEL MENARIK LAINNYA:

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper