JAKARTA: Kenaikan harga gas industri sebesar 55% dinilai akan berdampak negatif terhadap laju inflasi dan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini.Ekonom Universitas Gadjah Mada Tony Prasetyantono menuturkan penaikan harga gas industri akan memicu tambahan inflasi. Namun, kontribusinya terhadap inflasi tahunan (year on year) diperkirakan mencapai di bawah 1%."Akan ada tambahan inflasi, tetapi saya duga di bawah 1%, sehingga inflasi 2012 maksimal 6%, kalau sekarang kan inflasi yoy 4,45%," ujarnya kepada Bisnis, Senin 11 Juni 2012.Direktur Eksekutif Institute of Economic and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menambahkan penaikan harga gas bagi industri tidak berdampak signifikan terhadap fundamental inflasi.Namun, berisiko memicu ekspektasi inflasi atas kenaikan harga berbagai barang manufaktur yang dapat menekan laju inflasi tahun ini."Ekspektasi inflasi ini yang terkadang liar. Tapi kemungkinan dari penaikan gas ada kontribusi 1% terhadap inflasi tahunan. Ini besar loh di tengah melemahnya daya beli masyarakat," ujarnya.Enny menilai kenaikan harga gas industri sebagai anomali di tengah defisit suplai gas bagi industri dalam negeri. Apalagi selama ini harga gas domestik lebih mahal dibandingkan harga gas yang diekspor."Alasan PGN menaikkan harga karena harga gas internasional naik, ok lah. Tapi harga gas ekspor mengap tidak direnegosiasi juga," ujarnya. (ra)
ARTIKEL LAINNYA:
- OM LIEM TUTUP USIA: Taipan Besar Itu Berpulang
- SAHAM FACEBOOK: Salah Hitung, UBS AG Tekor US$350 Juta INDONESIAN IDOL 2012: Prediksi Dan Hasil Sebelumnya
- EURO 2012: Hasil Dan Prediksi Pertandingan
- KATY PERRY To Star In New Comic Book
- BOXING: BRADLEY Scores Decision Win Over PACQUIAO
- CHINA’s May EXPORT Growth Tops Estimates