JAKARTA: Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia pada kuartal II/2012 diproyeksi masih tertekan melemahnya kinerja ekspor dan risiko capital flight pada transaksi modal dan finansial.
Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menuturkan pantauan terhadap neraca perdagangan menunjukkan kinerja impor melambat sedikit, sedangkan ekspor melambat lebih cepat.
"Memang ini betul-betul dampak kedua, setelah Eropa ada China yang kita belum punya pengalaman. Jadi untuk memprediksinya, tunggu dulu lah kita belum exercise," katanya usai rapat di DPR hari ini Rabu 06 Juni 2012.
Menurut Darmin, perkembangan transaksi modal dan finansial juga sangat tergantung pada perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa. "Kalau ekonomi AS membaik, finansialnya cenderungnya lari dari negara emerging. Tapi kalau AS tidak terlalu baik dananya tidak akan lari."
Sementara itu, Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar mengatakan secara keseluruhan perkembangan NPI relatif konsisten, antara investasi asing langsung, pertumbuhan impor, dan pertumbuhan ekonomi.
"Artinya tidak ada inkonsistensi yang menimbulkan kekhawatiran pada daya tahan ekonomi," katanya.
Mahendra memperkirakan kenaikan importasi barang modal dan barang baku akan tetap kuat seiring mengalirnya investasi asing langsung (FDI) ke Indonesia. Pasalnya, berkaca pada kinerja impor April 2012, peningkatan yang signifikan terdapat pada komponen barang baku 35% dan barang modal 15%.
Di sisi ekspor, lanjut Mahendra, pelemahan permintaan global dan penurunan harga-harga komoditas, baik mineral, pertanian, maupun manufaktur dinilai menjadi tantangan.
Pada April 2012, neraca perdagangan Indonesia mencatat defisit US$641,1 juta. Padahal pada Januari-Maret 2012, neraca perdagangan masih mencatat surplus US$2,68 miliar.
Terbentuknya defisit pada neraca perdagangan Januari-April 2012, didorong oleh menurunnya ekspor nonmigas dari US$13,76 miliar pada Maret 2012, menjadi US$12,62 miliar. Sementara impor menunjukkan kinerja yang relatif konsisten.
Menurut Mahendra, penurunan harga-harga komoditas tidak perlu terlalu dikhawatirkan selama volume ekspor konsisten dan kapasitas produksi terjaga.
"Selama volume konsisten, kapastitas produksi bisa dicapai, didorong peningkatan investasi, kita harap tidak terjadi terkait ketenagakerjaan. Aspek neraca perdagangan pun tidak terlalu khawatir," ujarnya.
Analis Ekonomi PT Samuel Sekuritas Indonesia Lana Soelistianingsih menilai posisi defisit pada neraca pembayaran dan neraca perdagangan cukup mengkhawatirkan.
"Saat ekonomi kita tumbuh, impor naik seiring kegiatan produksi yang tumbuh. Kalau tidak ditolong investasi portofolio secara masiv akan sangat serius," katanya.
Hal ini a.l. akan mengakibatkan berkurangnya pasokan valas yang dapat memicu depresiasi Rupiah terhadap dolar AS.
Lana berharap kepercayaan pasar akan kembali seiring kejelasan penyelesaian krisis Eropa. Sehingga pada kuartal III/2012, portofolio investasi banyak mengalir dan dapat mengompensasi defisit pada neraca perdagangan. (sut)