JAKARTA: Pemerintah perlu mewaspadai pelebaran defisit APBN-P 2012 akibat tidak tercapainya target lifting minyak, di samping terus memantau fluktuasi kurs.Anggito Abimanyu, Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM menuturkan dampak depresiasi rupiah terhadap postur APBN harus dipantau dalam jangka panjang.Menurutnya, pergerakan kurs dari hari ke hari tidak dapat dijadikan acuan untuk memproyeksi dampaknya terhadap pelebaran defisit APBN.
"Sebetulnya kita harus lihat setahun, apakah rupiah akan terus menguat atau bergerak liar," katanya, Selasa 5 Juni 2012.Anggito memperkirakan akan ada tambahan defisit sekitar Rp2 triliun dari setiap deviasi Rp100 dari asumsi nilai tukar Rp9.000 per dolar AS."[Komponen APBN yang terpengaruh] Ya belanja-belanja dalam dolar, seperti pembayaran bunga utang, utang jatuh tempo, penerimaan valas dari pertambangan, PNBP migas, dan subsidi kan juga dalam dolar toh," ujarnya.Anggito menilai dampak deviasi asumsi rupiah terhadap pelebaran defisit APBN tidak terlalu besar. Dia justru khawatir defisit melebar akibat tidak tercapainya lifting minyak, pembengkakan volume subsidi BBM, dan melonjaknya harga ICP. (ra)