Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SUBSIDI BBM: Mobil dinas pakai pertamax gak ngaruh banyak ke inflasi

JAKARTA: Badan Pusat Statistik memperkirakan dampak inflasi yang timbul dari kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melarang kendaraan dinas pemerintah, BUMN dan BUMD menggunakan BBM bersubsidi relatif kecil.

JAKARTA: Badan Pusat Statistik memperkirakan dampak inflasi yang timbul dari kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melarang kendaraan dinas pemerintah, BUMN dan BUMD menggunakan BBM bersubsidi relatif kecil.

 

Sasmito Hadi Wibowo, Direktur Statistik Harga BPS, mengatakan kebijakan tersebut pasti berdampak terhadap inflasi. Namun, dampaknya diperkirakan relatif kecil.

 

"Karena jumlah mobil dinas itu hanya sekitar 1,5% dari total mobil. Lalu mobil BUMN dan BUMD mungkin cuma sekitar 3%," ujarnya di kantor BPS, pekan lalu.

 

Berdasarkan estimasi BPS, jumlah maksimum mobil dinas pemerintah diperkirakan mencapai 5% dari total kendaraan roda empat. Apabila 5% mobil ini beralih dari bahan bakar minyak bersubsidi ke BBM nonsubsidi, dampak inflasinya diperkirakan tidak signifikan.

 

"Kalau 5% ini ke pertamax tidak besar juga, tetapi kalau 95% harus pindah kecuali plat kuning, maka itu cukup besar dampak inflasinya," kata Sasmito.

 

BPS melaporkan tingkat inflasi Mei sebesar 0,07%. Dengan demikian, laju inflasi tahun berjalan (Januari-Mei 2012) mencapai 1,15%. Sedangkan inflasi Mei 2012 dibandingkan Mei 2011 (year on year) mencapai 4,45%.

 

Apabila tidak ada kenaikan harga BBM sepanjang tahun ini, kata Sasmito, realisasi inflasi akan lebih rendah dari asumsi pemerintah dalam APBN-P 2012, yang mematok tingkat inflasi di level 6,8%. "Sekitar 5%, bisa juga lebih rendah dari itu," ujarnya.

 

Harga beras dan harga barang-barang yang diatur pemerintah (administered price), termasuk BBM bersubsidi, dinilai sebagai 2 lokomotif utama inflasi di Indonesia. Untuk menjaga inflasi di level yang rendah, pemerintah dinilai perlu mengawasi 2 komponen ini.

 

Adapun rencana kenaikan harga jual gas yang diungkapkan Perusahaan Gas Negara, dinilai Sasmito, berisiko mengerek inflasi. Khususnya, karena kenaikan harga gas akan meningkatkan biaya produksi di tingkat produsen. "Dampaknya tidak langsung ke konsumsi rumah tangga, butuh proses," katanya. (ea)

 

 

BACA JUGA:

* PREDIKSI INDEKS: Ini dia faktor-faktor yang perlu dicermati

* REKOMENDASI SAHAM: Ada apa dengan saham tambang?

* PIALA EROPA: Kenapa Portugal keok melawan Turki?

* INDONESIAN IDOL 2012: IniLAH alasan kenapa Sean layak diselamatkan

* RIBUT WAIDI: Legenda PSIS Semarang & pahlawan Sea Games 1987 itu berpulang

* KINERJA INDUSTRI ELEKTRONIK: Setelah Maret naik, penjualan April turun lagi

* APARTEMEN SUDIRMAN SUITES: Mau tau berapa harga kamar termurahnya?

* MONOPOLI GULA: Nah lo Wilmar kena denda Rp25 miliar!

* SIHIR MESSI: Sihir Lionel Messi yang absen di Piala Dunia bersama Argentina telah kembali

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Diena Lestari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper