Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

JAKARTA: Rantai distribusi rotan dari petani pengumpul ke industri pengolahan perlu dipangkas guna memberikan jaminan ketersediaan bahan baku, sehingga mendongkrak pemanfaatan rotan sebagai hasil hutan bukan kayu unggulan. 
 
Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan menilai panjangnya rantai distribusi rotan telah menjadi persoalan mendasar dari pemanfaatan rotan bagi industri pengolahan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Bahkan, Zulkifli menduga banyak retribusi liar yang masih menghantui petani pengumpul.
 
Selain itu, seru Zulkifli, kehadiran sejumlah rent seeker (pemburu rente) turut mengakibatkan kelangkaan bahan baku rotan bagi industri pengolahan pasca penutupan keran ekspor rotan setengah jadi. Aktivitas pemburu rente kerap menahan laju distribusi untuk industri pengolahan. 
 
“Dengan dipangkasnya peran rent seeker, maka industri bisa memperoleh bahan baku dengan lancar, sementara petani pengumpul juga bisa memperoleh harga yang llebih baik untuk kesejahteraannya,” jelas Menhut.
 
Menurut Zulkifli, pihaknya mendukung penutupan ekspor rotan setengah jadi guna mendukung industrialisasi produk jadi rotan. Kemenhut telah menetapkan kuota pemanen rotan alam lestari sebesar 143.120 ton basah melalui Surat Keputusan No.25/2012 tentang Penetapan Jatah Produksi Rotan Lestari Secara Nasional Periode 2012.
 
Ketua Asosiasi Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia Ambar Polah Tjahyono menegaskan kelangkaan rotan yang terjadi saat ini disebabkan adanya ketentuan yang menghambat distribusi rotan. Misalnya, kata Ambar, adanya kewajiban verifikasi terhadap pengiriman rotan antar pulau guna mencegah penyelundupan. 
 
“Alasan itu tidak masuk akal karena rotan yang dikapalkan untuk tujuan di dalam negeri. Komoditas lain yang diperdagangkan antar pulau juga tidak perlu ada verifikasi,” ungkapnya.
 
Di samping itu, menurut Ambar, pasca diberlakukannya peraturan Menteri Perdagangan No.36/2011 yang melarang ekspor rotan setengah jadi, para petani pengumpul rotan enggan untuk mencari rotan di hutan karena harus memilih jenis rotan tertentu saja yang dipakai oleh industri dalam negeri di Jawa.
 
Akibatnya, biaya pengumpulan rotan membengkak sehingga banyak petani yang mencari alternatif sumber pendapatan di luar hasil hutan bukan kayu. Kondisi ini kian mempersulit industri pengolahan mencari bahan baku rotan. (sut)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Gajah Kusumo
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper