Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Menteri Luar Negeri Arrmanatha Nasir (Tata) menegaskan bahwa BRICS berperan signifikan sebagai wadah perjuangan negara berkembang (Global South) untuk mendorong reformasi sistem internasional, termasuk di bidang perdamaian, perdagangan, dan keuangan.
Hal tersebut disampaikan Tata usai mendampingi Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menghadiri sesi pleno Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2025 yang digelar di Museum of Modern Art (MAM), Rio de Janeiro, Brasil, Minggu (6/7/2025).
Menjawab pertanyaan soal bagaimana Indonesia memandang posisi BRICS di tengah anggapan bahwa forum ini lebih banyak menyuarakan kepentingan Rusia dan China, Tata memaparkan bahwa BRICS kini menjadi representasi nyata Global South.
“Sekitar 40% total populasi dunia adalah anggota BRICS, dan kalau tidak salah sepertiga ekonomi dunia juga berasal dari BRICS,” jelasnya dikutip melalui Youtube Sekretariat Presiden, Senin (7/7/2025).
Tata menekankan, reformasi multilateralisme adalah kebutuhan mendesak bagi negara berkembang agar tak hanya mampu bertahan tetapi juga dapat maju dan berkembang.
Lebih lanjut, Tata menyebut reformasi yang didorong BRICS tidak hanya terbatas pada isu perdamaian dan keamanan di bawah naungan PBB, tetapi juga mencakup bidang perdagangan dan keuangan global.
Baca Juga
Secara khusus, dia menyoroti lembaga keuangan internasional di bawah Bretton Woods Institution seperti IMF dan Bank Dunia yang dinilai lambat melakukan reformasi.
Menurutnya, inisiatif tersebut sejalan dengan semangat Konferensi Asia Afrika atau Spirit Bandung, yang menekankan pentingnya solidaritas dan kemandirian negara-negara berkembang dalam sistem global yang lebih inklusif dan adil.
“Oleh karena itu, BRICS mengambil inisiatif membentuk New Development Bank [NDB] sebagai salah satu opsi agar negara berkembang bisa mengatasi sendiri tantangan pembangunan dan pembiayaannya,” pungkas Tata.