Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SKK Migas: Realisasi Lifting Minyak Capai 567.900 Bopd per Mei 2025

Realisasi lifting minyak per Mei 2025 masih di bawah target APBN 2025.
Ilustrasi kilang minyak lepas pantai / Kementerian ESDM
Ilustrasi kilang minyak lepas pantai / Kementerian ESDM

Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan capaian kinerja lifting minyak mencapai rata-rata 567.900 barel per hari (bopd) per 31 Mei 2025. 

Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengatakan, capaian tersebut masih lebih rendah dibandingkan target yang dicanangkan dalam APBN sebesar 605.000 bopd atau realisasi 94%. 

"Untuk lifting minyak sampai dengan Mei kita sudah mencapai 94%, diharapkan nanti outlook-nya 2025 itu 605.000 barrel per day atau 100%," kata Djoko dalam RDP Komisi XII, Selasa (1/7/2025). 

Dia menerangkan, sejak 2019-2024, produksi minyak dan gas terus mengalami penurunan. Namun, dia melihat ada perbaikan produksi pada Januari, di mana capaian Januari mencapai 578.000 bopd. 

"Kita lihat Januari 578.000 bopd, terus Maret sudah 580.000 bopd, sama dengan 2024. Sekarang Juni sudah 583.000 bopd sudah lebih besar rata-ratanya dari tahun lalu, itu meningkat," jelasnya. 

Di samping itu, Djoko meyakini produksi dan lifting minyak akan meningkat pada Juli dikarenakan terdapat tambahan dari Blok Cepu milik ExxonMobil sebanyak 30.000 bopd. 

"Kemarin diresmikan Cepu itu naik di Juli tambahannya 30.000 barrel oil per day sehingga sudah bisa melebihi target APBN di Juli dan seterusnya. 

Adapun, SKK Migas menyebut prognosa lifting minyak pada tahun depan diperkirakan mencapai rata-rata 600.000-610.000 bopd. 

Di sisi lain, dia menerangkan capaian realisasi gas mencapai 5.530 MMscfd per Mei 2025 atau 98% dari target APBN. Pada akhir tahun ditargetkan realisasi mencapai 98,5% atau 5.545 MMscfd. 

"Untuk minyak dan gas kita sudah encapai 97% sampai Mei diperkirakan akhir tahun rata-rata 99%. Prognosa 2026, 1.553-1.627 MMscfd," tuturnya. 

Sementara itu, dari segi cost recovery realisasinya mencapai 42% atau US$3,57 miliar per Mei 2025. Hingga akhir tahun, ditargetkan terealiasasi hingga 96% atau lebih rendah 4% yaitu yaitu US$8,2 miliar dibandingkan target 2025.

"Penerimaan negara sampai Mei US$5,18 miliar atau 39,8% ini dikarenakan harga minyak yang turun targetnya adalah US$82 dolar tapi realisasinya itu angkanya US$65-US$77 per barel," jelasnya.

Dia memperkirakan akhir tahun penerimaan negara sebesar US$10,8 miliar atau 81% karena harga minyak yag dibawah asumsi APBN. Sementara itu, untuk prognosa penerimaan negara 2026 mencapai US$7,8US$-11,9 miliar. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper