Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) optismistis penolakan Bea Masuk Antidumping (BMAD) terhadap terhadap impor benang filamen sintetis tertentu asal China justru dapat menjaga daya saing produk dalam negeri.
Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne P. Sutanto mengatakan hal tersebut telah diperhitungkan saat pertemuan antara asosiasi dengan pemerintah.
"Dari rapat tersebut API juga menyampaikan komitmennya bahwa anggota API akan support kapasitas anggota APSyFI dengan standard market yang ada," ujarnya dalam keterangan resminya, Rabu (25/6/2025).
Anne menambahakan, pihak API dan APINDO sudah berulang kali menyampaikan kepada Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) dan mengajak untuk berkolaborasi dan konsolidasi kapasitas POY dan DTY untuk bisa di optimalkan oleh industri tekstil turunan untuk tetap berdaya saing.
Anne juga membantah pernyataan APSyFI yang menyatakan Kementerian Perindustrian seolah mendukung import ilegal atau mau menggangu kinerja pemerintahan.
"Kami berkomitmen untuk tetap atas POY dan DTY dimonitor impornya oleh pihak kementerian teknis yaitu Kemenperin untuk PI dan Perteknya," jelasnya.
Baca Juga
Dirinya juga menyampaikan, kekuatiran APSyFI bahwa produksi anggotanya tidak optimal diserap industri TPT turunan adalah tidak berdasar.
Pasalnya, hal terseubt sudah disaksikan saat Apindo mengumpulkan API dan APSyFI bersama dengan perwakilan 101 perusahaan tekstil dan mendengarkan komitmen mereka untuk tetap membeli apa yang diproduksi oleh anggota Apsyfi produsen POY secara optimal dan sesuai bisnis practice as usual.
"Malah melalui siiNas Kemenperin mengimbau seluruh pelaku industri mengisi dengan benar dan sesuai sehingga pemberlakuan PI dan Pertek tepat sasaran dan harmonisasi produksi dan impor tetap bisa diselaraskan sesuai dengan prinsip ekonomi Pancasila, sehingga dengan adanya harmonisasi ini dapat mencegah oversupply dan dumping dan produsen nasional tetap berdaya saing," jelasnya.