“Kami meminta kepada Pemerintah China melalui kedubesnya untuk membuka kembali perdagangan antara pelaku budidaya di Indonesia khususnya Kepri dengan pembeli dari Hongkong atau China,” katanya.
Menurut Eko, terhentinya kapal-kapal Hongkong menjemput produk ikan hidup hasil budidaya tersebut tidak hanya terjadi di Kepri, tetapi di seluruh Indonesia, seperti klaster budidaya di Ambon, Bangka Belitung, Maratua, Bali dan Wakatobi.
Dia menyebut, selama ini aktivitas perdagangan antara pelaku budidaya ikan hidup di Indonesia sudah berlangsung sejak 1992 tidak ada masalah. Namun, baru kali ini terhenti.
“Biasanya nelayan-nelayan pembudidaya menjual ikan ke kapal-kapal pengangkut ikan hidup yang rutin masuk ke centra-centra budidaya, sudah dua bulan terakhir terhenti,” katanya.
Eko menyebut, terhentinya kapal-kapal pengangkut ikan hidup hasil budidaya di Indonesia karena kebijakan dari Pemerintah China dan menimbulkan dampak sosial bagi nelayan budidaya di wilayah tersebut.
“Dampak sosialnya, anak-anak nelayan yang kuliah di Jawa, orang tuanya enggak bisa kirim uang lagi, karena usahanya terhenti,” kata Eko.
Baca Juga
Melalui surat permohonan tersebut, Eko berharap direspon dan aktivitas perdagangan ikan hidup di Natuna, Anambas dan Bintan dapat kembali pulih.
“Kami belum dapat balasan (surat), tapi kami sudah meminta kedubes untuk meminta ke Pemerintah China membuka kembali perdagangan ini,” kata Eko.