Bisnis.com, JAKARTA — Himpunan Penambang Pasir Kuarsa (Hipki) menyambut potensi pengembangan industri panel surya seiring dengan rencana penambahan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang masif dalam 10 tahun ke depan.
Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) Tahun 2025-2034, penambahan kapasitas PLTS ditargetkan mencapai 17,1 gigawatt (GW). Porsi ini menjadi yang terbesar di antara rencana penambahan pembangkit energi baru terbarukan yang ditarget mencapai 42,6 GW secara keseluruhan.
Sebelumnya, pada RUPTL 2021-2030, kontribusi PLTS hanya sebesar 4.680 megawatt (MW) atau 12% dari total kapasitas listrik EBT baru sebesar 40,6 GW.
Ketua Umum Hipki Ady Indra Pawennari mengatakan, peluang tersebut mesti didorong bagi industri lokal untuk dapat mengolah pasir kuarsa sebagai bahan baku yang diolah dalam negeri.
“Industri pengolahan material dari pasir kuarsa menjadi ingots dan silicon wafers sebelum diproses menjadi solar panel belum ada di Indonesia. Maka sampai saat ini, Hipki belum ada menerima permintaan dari industri dalam negeri,” kata Ady kepada Bisnis, Selasa (27/5/2025).
Oleh karena itu, selama ini penambang pasir kuarsa masih seluruhnya menjual ke pemasok silika luar negeri. Padahal, Indonesia memiliki potensi sumber dan cadangan pasir kuarsa yang besar untuk industri panel surya atau solar panel.
Baca Juga
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sumber daya dan cadangan pasir kuarsa pada 2023 berada di 478 lokasi dengan total sumber daya sebanyak 13,47 miliar ton dengan total cadangan 3,40 miliar ton.
Namun, berdasarkan data dan informasi dari Kementerian Perindustrian per September 2023, pemanfaatan pasir kuarsa di sisi industri hulu telah mencapai 65,32% yang menghasilkan tiga jenis produk utama yaitu pasir silika, tepung silika dan resin coated sand.
Adapun, kapasitas pengolahan tersendiri (tidak terintegrasi dengan tambang) sebesar 738.536 ton/tahun yang telah dipasang oleh 21 perusahaan di bawah binaan Kementerian Perindustrian.
Sebagian besar pemanfaatan pasir kuarsa di dalam negeri digunakan untuk industri kaca, industri semen, industri keramik, dan industri barang dari semen. Sementara itu, untuk industri solar panel belum terhubung dengan sumber pasir kuarsa tersebut.
“Jadi memang yang kita punya adalah industri perakitan silicon wafers menjadi solar panel. Tapi yang mengolah pasir kuarsa menjadi silicon wafers kita belum punya,” ujar Ady.
Oleh karena itu, pihaknya masih fokus untuk ekspor pasir kuarsa untuk memasok industri solar panel, sembari mencari investor yang minat berinvestasi di industri solar panel dan photovoltaic yang terintegrasi sehingga mendorong permintaan pasar dalam negeri.
Tak dipungkiri, target RUPTL PLN dengan tambahan kapasitas PLTS yang cukup besar menjadi dorongan bagi pengembangan industri panel surya. Dia pun berharap hal ini dapat menjadi sinyal penyerapan pasir kuarsa yang ada di Indonesia.
“Karena kami juga berharap pasar domestik bisa segera terbuka agar kita bisa mengolah sumber daya alam kita juga secara domestik untuk meningkatkan nilai tambah dan terlebih lagi untuk membangun ekosistem energi terbarukan yang kompetitif,” jelasnya.