Bisnis.com, JAKARTA - Presiden AS Donald Trump melakukan panggilan telepon dengan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba dan membahas tarif secara umum.
Panggilan itu dilakukan tepat saat negosiator utama Tokyo berangkat ke AS untuk putaran pembicaraan perdagangan berikutnya.
Dikutip dari Bloomberg pada Jumat (23/5/2025) Ishiba menyebut Trump tidak mengatakan apa pun secara spesifik tentang tarif sementara dia menegaskan kembali sikap Jepang saat ini atas pungutan tersebut selama pertemuan selama 45 menit. Kedua negara sepakat bahwa mereka menantikan pertemuan langsung pada pertemuan para pemimpin G7 pada bulan Juni di Kanada.
“Kami secara konsisten telah meminta pencabutan tindakan tarif, dan posisi kami tetap tidak berubah. Presiden tidak menyebutkan masalah ini secara spesifik,” ujar Ishiba kepada para wartawan di Tokyo.
Ishiba dan Trump membahas berbagai topik termasuk negosiasi tarif, kerja sama keamanan ekonomi, diplomasi, dan keamanan nasional. Ishiba menambahkan, Trump juga menjelaskan hasil kunjungannya baru-baru ini ke Timur Tengah.
Sementara itu, Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan yang diajukan pada Kamis malam untuk meminta perincian panggilan tersebut.
Baca Juga
“Mengenai mengapa pertemuan itu terjadi sekarang, saya tidak bisa begitu saja bertanya kepada Trump. Dia mengunjungi Timur Tengah dan saya pikir kami telah menegaskan kembali komitmen kami untuk terus bekerja sama antara Jepang dan AS, termasuk dalam masalah keamanan ekonomi," ujar Ishiba.
Selama panggilan telepon, Ishiba mengatakan bahwa dia menyampaikan harapannya terkait pertemuan mendatang antara negosiator perdagangan pilihannya, Ryosei Akazawa, dan mitranya dari AS akan konstruktif. Akazawa berangkat ke AS pada Jumat untuk putaran ketiga perundingan perdagangan.
Laporan media lokal mengatakan Akazawa diperkirakan akan bertemu dengan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick, sementara Menteri Keuangan Scott Bessent akan melewatkan pertemuan tersebut. Menurut laporan surat kabar Yomiuri, Akazawa berencana untuk kembali ke Washington lagi pada tanggal 30 Mei untuk bertemu dengan Bessent.
Kemungkinan kunjungan berikutnya dalam waktu seminggu menunjukkan bahwa putaran perundingan terakhir tidak mungkin menghasilkan kesepakatan.
Panggilan telepon antara kedua pemimpin tersebut merupakan yang pertama sejak awal April ketika AS menaikkan tarifnya terhadap negara-negara di seluruh dunia termasuk Jepang. Panggilan telepon tersebut mengisyaratkan negara Asia tersebut masih menjadi perhatian presiden meskipun tampaknya tertinggal dari negara-negara lain dalam mencapai kesepakatan perdagangan.
Seperti halnya negara-negara lain, Trump telah mengenakan tarif sebesar 25% pada mobil, baja, dan aluminium kepada Jepang, serta tarif sebesar 10% untuk semua jenis barang. Tarif timbal balik tersebut akan dinaikkan menjadi 24% pada awal Juli, kecuali jika ada kesepakatan dagang.
Mobil dan suku cadang mobil mencakup sekitar sepertiga dari semua ekspor ke AS dari Jepang. Industri otomotif merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi Jepang dan mempekerjakan sekitar 8% dari angkatan kerja.
Ishiba mengatakan sebelumnya bahwa Jepang tidak akan mengorbankan kepentingan nasionalnya dengan terburu-buru membuat kesepakatan atau membuat perjanjian yang tidak membahas pungutan pajak mobil.
"Kita harus fokus pada investasi daripada tarif dan pendirian kita tetap tidak berubah bahwa Jepang dan AS akan terus menciptakan lapangan kerja di AS," kata Ishiba.