Bisnis.com, TANGERANG — PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) bakal mulai mengimpor minyak mentah (crude) dari Rusia. Impor itu akan dilakukan sesuai prosedur dan persyaratan yang berlaku.
Direktur Utama PT KPI Taufik Adityawarman menjelaskan, impor itu dilakukan lewat lelang terbuka. Dia memastikan proses impor minyak Rusia dilakukan sesuai peraturan dari Office of Foreign Assets Control (OFAC).
OFAC adalah lembaga di bawah Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) yang mengelola dan menegakkan sanksi ekonomi dan perdagangan terhadap negara-negara hingga rezim yang dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional, kebijakan luar negeri, atau ekonomi Negeri Paman Sam. Sanksi ini dapat berupa pemblokiran aset, pelarangan transaksi, atau pembatasan perdagangan tertentu.
Belakangan, OFAC lah yang menjatuhkan sanksi untuk mengembargo impor minyak Rusia. Hal ini tak lepas dari langkah Rusia yang menginvasi Ukraina pada 2022 lalu.
"Kalau crude Rusia, ada beberapa crude Rusia yang masuk. Kita juga akan ada sesuai dengan peraturan OFAC-nya, yang dari AS. Nah, tetap harus mengikuti itu," kata Taufik di sela-sela acara IPA Convex 2025 di Tangerang, Rabu (21/5/2025).
Kendati demikian, dia tak memerinci berapa volume impor minyak mentah Rusia tersebut. Namun, Taufik memastikan spesifikasi minyak Rusia yang akan diimpor KPI sesuai dengan kilang-kilang di dalam negeri.
Menurutnya, mekanisme impor minyak Rusia akan dilakukan untuk serapan langsung ke kilang, bukan tangki penyimpanan atau storage.
"Iya [langsung ke kilang]. Anda punya crude Rusia yang sesuai dengan kita, terus terdaftar di kilang, silahkan ikut tender, tapi tetap tendernya berdasarkan kriteria tender yang disepakati," jelas Taufik.
Dia pun mengklaim tender untuk impor minyak mentah dari Rusia itu dimulai sejak Mei 2024 atau sebelum RI bergabung dengan BRICS pada Oktober 2024 lalu.
"Mei tahun lalu kita sudah mulai buka [tender]," katanya.
BRICS merupakan aliansi negara yang dibentuk oleh Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Sebelumnya, BRICS juga telah berhasil menambah beberapa negara anggota baru, yakni Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab.
Sebelumnya, potensi impor minyak dari Rusia disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia. Dia menuturkan bahwa Indonesia merupakan negara yang menganut azas bebas aktif.
Baca Juga
Dengan kata lain, Indonesia bisa menjalin kerja sama dengan negara mana saja selama tidak melanggar aturan. Oleh karena itu, dia mengatakan sah-sah saja jika kelak ada peluang untuk RI bisa membeli minyak dari Rusia.
Di sisi lain, saat ini Rusia masih menerima sanksi dari negara Barat imbas invasi ke Ukraina.
"Ketika kita bangun dengan BRICS, dan kemudian ada peluang untuk kita mendapatkan minyak dari Rusia, selama itu sesuai aturan, dan tidak ada persoalan, kenapa tidak?" kata Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (10/1/2025).
Dia pun mengatakan Indonesia bakal tetap mengambil peluang kerja sama dengan negara mana saja selama itu menguntungkan. Menurutnya, hal ini tak hanya berlaku bagi negara anggota BRICS, tetapi juga dengan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).
"Artinya, semua peluang yang menguntungkan Indonesia, baik bergabung dengan BRICS maupun dengan OECD, itu saya pikir enggak ada masalah," kata Bahlil.