Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Manufaktur China Tumbuh Lebih Cepat dari Perkiraan pada April 2025

Ekonom Morgan Stanley termasuk Robin Xing telah mengurangi ekspektasi mereka terhadap paket fiskal tambahan hingga 1 triliun yuan.
Para pekerja berjalan di salah satu pembangkit listrik tenaga surya di Tongchuan, provinsi Shaanxi, China, 11 Desember 2019./Reuters-Muyu Xu
Para pekerja berjalan di salah satu pembangkit listrik tenaga surya di Tongchuan, provinsi Shaanxi, China, 11 Desember 2019./Reuters-Muyu Xu

Bisnis.com, JAKARTA - Produksi industri China tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada April 2025, menyoroti ketahanan ekonomi terbesar kedua di dunia dan memicu optimisme tentang pertumbuhan menyusul penurunan cepat ketegangan perdagangan dengan AS.

Data Biro Statistik Nasional (NBS) yang dirilis oleh Bloomberg pada Senin (19/5/2025) menunjukkan produksi industri naik 6,1% secara tahunan (year on year/yoy), turun dari 7,7% pada Maret. Meski demikian, data tersebut lebih baik dari estimasi median dalam survei analis Bloomberg yang memproyeksikan kenaikan 5,7%.

Penjualan ritel sebagai indikator utama konsumsi naik 5,1%, dibandingkan kenaikan 5,9% pada bulan sebelumnya dan lebih rendah dari proyeksi para ekonom. Pertumbuhan investasi aset tetap melambat menjadi 4% dalam empat bulan pertama tahun ini.

Tingkat pengangguran perkotaan turun menjadi 5,1% pada bulan April dari 5,2% pada bulan Maret.

Nilai yuan yang diperdagangkan di luar negeri bertahan sedikit berubah pada 7,2126 per dolar. Imbal hasil obligasi pemerintah China berdurasi 10 tahun sedikit menurun menjadi 1,67%. Indeks saham China yang tercatat di Hong Kong memangkas kerugian awal menyusul data tersebut.

Data ini memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang bagaimana China mengatasi eskalasi drastis dalam ketegangan perdagangan dengan AS.

Meski kedua belah pihak pada bulan Mei mencapai gencatan senjata selama 90 hari dalam perang tarif mereka, ketidakpastian seputar negosiasi lebih lanjut menuju kesepakatan akhir dapat membuat bisnis berhati-hati dalam memperluas produksi atau berinvestasi dalam proyek-proyek baru.

Namun, peningkatan produksi industri memberikan bukti lebih lanjut bahwa China mampu menghindari perlambatan tajam saat menavigasi dimulainya perang dagang Donald Trump.

Ekspor pada bulan April juga meningkat lebih dari yang diperkirakan, karena perusahaan mengalihkan ekspor ke Asia Tenggara dan Eropa untuk menutupi penurunan pengiriman ke AS.

Beberapa bank internasional besar termasuk Goldman Sachs Group Inc. menaikkan perkiraan mereka untuk pertumbuhan China tahun 2025 minggu lalu, meskipun pandangan mereka tetap di bawah target Beijing sekitar 5%. Banyak ekonom juga mengharapkan deeskalasi untuk memberikan pemerintah lebih banyak waktu sebelum harus menambah stimulus untuk menopang ekonomi.

"Kesepakatan antara AS dan China dapat mengurangi ketidakpastian tarif sementara para pembuat kebijakan domestik dapat beralih lebih jauh ke mode tunggu dan lihat," tulis ekonom Citigroup Inc. termasuk Xiangrong Yu dalam catatan minggu lalu.

Ekonom Morgan Stanley termasuk Robin Xing telah mengurangi ekspektasi mereka terhadap paket fiskal tambahan hingga 1 triliun yuan atau sekitar US$139 miliar pada kuartal keempat, dari perkiraan sebelumnya sebanyak 1,5 triliun yuan pada bulan Juli-September.

Namun, penurunan penjualan ritel pada April menunjukkan bahwa stimulus pemerintah untuk mensubsidi pembelian produk konsumen baru seperti ponsel dan perlengkapan rumah mulai memudar, yang menunjukkan perlunya kebijakan yang lebih mendukung.

Sentimen konsumen tetap lemah akibat kemerosotan sektor properti dalam beberapa tahun terakhir dan kekhawatiran perang dagang dapat menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor manufaktur dan ekspor besar-besaran di China.

"Deposito berjangka sebagai porsi dari seluruh rekening rumah tangga mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada bulan April, yang menunjukkan bahwa orang-orang mungkin tetap dalam mode deleveraging," jelas para ekonom Citi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper