Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara dan Eramet SA disebut ingin mengakuisisi saham smelter nikel milik China Zhejiang Huayou Cobalt Co. Ltd.
Dilansir dari Bloomberg, Senin (5/5/2025), Danantara dan perusahaan asal Perancis itu ingin mengakuisisi saham smelter high pressure acid leach (HPAL) milik Huayou yang berada di Kawasan Weda Bay Industrial Park (IWIP), Maluku Utara.
Rencana investasi ini pun bahkan disebut berpotensi menjadi transaksi besar pertama Danantara. Sumber Bloomberg mengatakan bahwa para pemangku kepentingan berharap dapat menandatangani sebuah nota kesepahaman (MoU) pada akhir bulan ini.
Namun, mereka menekankan bahwa diskusi terkait hal ini masih berlangsung dan rencana dapat berubah. Danantara disebut akan berinvestasi melalui holding BUMN tambang MIND ID.
Profil Smelter Huayou
Berdasarkan penelusuran Bisnis, smelter HPAL miliki China Zhejiang Huayou Cobalt Co. Ltd. yang berada di Weda bay adalah Proyek Huafei HPAL.
Melansir laman resmi perusahaan, proyek Huafei mengadopsi Teknologi HPAL Generasi ke-4. Proyek ini memiliki banyak keunggulan seperti proses yang singkat, konsumsi energi yang rendah, dan ramah lingkungan.
Baca Juga
Proyek ini dikembangkan oleh PT Huafei Nickel Cobalt, anak perusahaan dari China Zhejiang Huayou Cobalt Co. Ltd., dengan kepemilikan mayoritas sebesar 53% oleh Huayou.
Adapun kapasitas produksi pada smelter tersebut mencapai 120.000 ton nikel dan 15.000 ton kobalt per tahun dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
MHP sendiri merupakan bahan antara untuk produksi nikel sulfat, komponen penting dalam baterai kendaraan listrik. Proyek Huafei HPAL beroperasi sejak Juni 2023.
Namun, selain Proyek Huafei HPAL, China Zhejiang Huayou Cobalt Co. Ltd. juga memiliki proyek smelter lain di IWIP, yakni Proyek Huake RKEF (Rotary Kiln Electric Furnace).
Proyek itu merupakan fasilitas pengolahan nikel yang dikembangkan oleh PT Huake Nickel Indonesia, anak perusahaan dari China Zhejiang Huayou Cobalt Co. Ltd.
Proyek Huake mengadopsi teknologi RKEF yang dikombinasikan dengan proses sulfidasi feronikel yang matang. Teknologi ini memungkinkan pengolahan bijih nikel laterit menjadi nikel matte, yang kemudian digunakan sebagai bahan baku untuk produksi prekursor baterai kendaraan listrik.
Fasilitas Huake RKEF memiliki kapasitas produksi tahunan sebesar 90.000 ton nikel dalam bentuk nikel matte.