Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahlil Ungkap Perusahaan Raksasa Bakal Gabung Huayou Garap Proyek Baterai

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut, calon investor yang akan menjadi mitra Huayou di proyek baterai merupakan salah satu dari tujuh perusahaan besar dunia.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (28/4/2025)/Bisnis-Lukman Nur Hakim
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (28/4/2025)/Bisnis-Lukman Nur Hakim

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia segera mengumumkan investor baru dalam penggarapan proyek baterai berbasis nikel terintegrasi dari hulu ke hilir di Indonesia.

Menurutnya, calon investor itu merupakan salah satu dari tujuh perusahaan besar di dunia. Kelak, perusahaan itu akan bermitra dengan Huayou, perusahaan asal China yang menggantikan LG Energy Solution dalam proyek rantai pasok baterai bernama Proyek Titan.

"Nanti kita umumkan ya. Ini salah satu perusahaan yang masuk tujuh besar di dunia. Enggak mungkin dong kami memasukkan partner yang belum comply dan belum teruji. Semuanya sudah teruji," ucap Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Senin (28/4/2025) sore.

Oleh karena itu, dia memastikan proyek investasi baterai kendaraan listrik (EV) senilai US$9,8 miliar atau sekitar Rp142 triliun itu tetap berjalan sesuai rencana.

Bahlil menjelaskan, proyek ini mencakup pengembangan rantai pasok baterai EV secara terintegrasi, mulai dari penambangan hingga produksi baterai. Sebagai bagian dari komitmen investasi tersebut, pada 3 Juli 2024, Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) meresmikan pabrik sel baterai EV pertama di Indonesia yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat. 

Pabrik ini adalah hasil kerja sama antara Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution melalui PT HLI Green Power dan telah beroperasi dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 10 gigawatt hour (GWh). Sementara itu, keseluruhan pembangunan pabrik bakal terus dilakukan sampai kapasitas produksi tahunan 30 GW.

Bahlil pun menyebut, Huayou dan mitra terbaru kelak yang akan membangun 20 GW sisanya.

"Mitranya adalah yang akan membangun 20 GW berikutnya," ucap Bahlil.

Mantan ketua umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) itu pun belum bisa memerinci mitra baru tersebut berasal dari negara mana. Namun, dia menekankan bahwa pihaknya tak terpaku pada negara asal.

"Kita sekarang tidak menghitung mau China, mau Arab, mau Eropa, mau Korea, yang mau ke Indonesia aku enggak membedakan," katanya.

Sebelumnya, Indonesia Battery Corporation (IBC), konsorsium BUMN dalam Proyek Titan itu, bakal membuka kesempatan untuk investor bergabung dalam pengembangan rantai pasok baterai kendaraan listrik tersebut. Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu yang diincar.

VP Commercial and Marketing IBC Bayu Hermawan mengatakan, pihaknya telah menjajaki berbagai potensi investasi dari berbagai negara selama 2-3 tahun terakhir untuk berpartisipasi dalam ekosistem ini.

"Memang ada beberapa item yang kita masih coba menjajaki ya. Value proposition apa yang bisa kita bawa dan value proposition apa yang mereka bawa," kata Bayu kepada wartawan, Kamis (24/4/2025). 

Menurut keterangan Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM), Huayou akan memiliki kontribusi besar di Proyek Titan.

"Huayou saya belum bisa diskusi lebih banyak ya, karena informasinya juga baru kemarin gitu ya. Mungkin nanti spesifik dari teman-teman dari kementerian, BKPM, dan ESDM, apalagi sekarang juga ada satgas hilirisasi, itu juga kita akan coba untuk berkoordinasi dengan mereka ya," jelasnya.  

Lebih lanjut, Bayu menuturkan bahwa pihaknya tak hanya menawarkan proyek tersebut ke China dan AS, tetapi juga ke Eropa, Australia, Korea, hingga Jepang yang memberikan minat positif.  

Bayu menerangkan bahwa proyek tersebut memiliki nilai rantai pasok yang panjang dan terintegrasi dari tambang, prekursor, hingga ke sel baterai. Untuk mengintegrasikan hulu ke hilir, kapasitas dari setiap segmen harus terhubung. 

"Memang ada hal-hal yang memang kemarin itu tidak mencapai kesepakatan dan juga key challenge juga dari mereka yang seperti apa yang mereka bilang bahwa memang market mereka itu kan memang NMC [lithium nickel manganese cobalt oxide] itu ya pasti market-nya Eropa, Amerika dan lain sebagainya gitu ya," tuturnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper