Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia Battery Corporation (IBC) bakal membuka kesempatan untuk investor bergabung dalam pengembangan rantai pasok baterai kendaraan listrik setelah LG Energy Solution didepak dari konsorsium Proyek Titan. Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu yang diincar.
VP Commercial and Marketing IBC Bayu Hermawan mengatakan, pihaknya telah menjajaki berbagai potensi investasi dari berbagai negara selama 2-3 tahun terakhir untuk berpartisipasi dalam ekosistem ini.
"Memang ada beberapa item yang kita masih coba menjajaki ya. Value proposition apa yang bisa kita bawa dan value proposition apa yang mereka bawa," kata Bayu kepada wartawan, Kamis (24/4/2025).
Sebagai pengganti LG, pemerintah telah menggaet investor asal China untuk bermitra dengan IBC yaitu Zhejiang Huayou Cobalt Co. dalam Proyek Titan senilai US$8,6 miliar.
Sebelumnya, LG berkomitmen investasi senilai US$9,8 miliar atau setara Rp142 triliun dalam seluruh rantai pasok baterai di Indonesia. Dari total investasi tersebut, LG telah merealisasikan investasi pembangunan pabrik sel baterai di bawah operasi PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power senilai US$1,2 miliar.
Menurut keterangan Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM), Huayou akan memiliki kontribusi besar di Proyek Titan.
Baca Juga
"Huayou saya belum bisa diskusi lebih banyak ya, karena informasinya juga baru kemarin gitu ya. Mungkin nanti spesifik dari teman-teman dari kementerian, BKPM, dan ESDM, apalagi sekarang juga ada satgas hilirisasi, itu juga kita akan coba untuk berkoordinasi dengan mereka ya," jelasnya.
Lebih lanjut, Bayu menuturkan bahwa pihaknya tak hanya menawarkan proyek tersebut ke China dan AS, tetapi juga ke Eropa, Australia, Korea, hingga Jepang yang memberikan minat positif.
Bayu menerangkan bahwa proyek tersebut memiliki nilai rantai pasok yang panjang dan terintegrasi dari tambang, prekursor, hingga ke sel baterai. Untuk mengintegrasikan hulu ke hilir, kapasitas dari setiap segmen harus terhubung.
"Memang ada hal-hal yang memang kemarin itu tidak mencapai kesepakatan dan juga key challenge juga dari mereka yang seperti apa yang mereka bilang bahwa memang market mereka itu kan memang NMC [lithium nickel manganese cobalt oxide] itu ya pasti market-nya Eropa, Amerika dan lain sebagainya gitu ya," tuturnya.
Sementara pasar di Asia lebih banyak mengandalkan baterai berbasis baterai LFP (lithium ferro phosphate). Dia menilai ada banyak tantangan penetrasi terkait market Amerika yang membuat LG maju mundur.
"Tapi tentunya ke depannya kita terus membuka untuk peluang-peluang kolaborasi sih dengan berbagai pihak dan dan sebagainua-nya. Tentu juga pemerintah juga sudah disclose juga ya, ini ada potensial-potensial kemitraan dan sebagainya," pungkasnya.