Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menanggapi laporan yang diterbitkan oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (United States Department of Agriculture/USDA) mengenai impor beras Indonesia.
Melalui laporan Rice Outlook April 2025, USDA memperkirakan impor beras oleh Indonesia turun hingga 3,9 juta ton tahun ini, seiring meningkatnya produksi dalam negeri. Amran mengaku tidak mau puas dengan laporan tersebut.
“Kita nggak boleh puas dalam bekerja,” kata Amran saat ditemui di Kantor Kementerian Pertanian (Kementan), Selasa (29/4/2025).
USDA memproyeksikan, impor beras oleh Indonesia turun hampir 3,9 juta ton, menjadi 800.000 ton di 2025, berkat produksi dalam negeri yang mengalami peningkatan.
“Impor [beras] oleh Indonesia diproyeksikan turun hampir 3,9 juta ton menjadi 800.000 ton karena peningkatan produksi yang besar dan substansial,” tulis USDA dalam laporan itu, dikutip Minggu (27/4/2025).
Lembaga itu mengatakan, stok beras akhir Indonesia mengalami kenaikan paling tajam yakni sebesar 0,6 juta ton menjadi hampir 5 juta ton. Meningkatnya proyeksi tersebut berdasarkan estimasi luas panen yang lebih besar tahun ini.
Baca Juga
USDA menuturkan, dengan luas panen 11,4 juta hektare, luas panen naik 200.000 hektar dari estimasi sebelumnya dan hampir 4% lebih besar dari tahun sebelumnya. Perluasan wilayah di dorong oleh curah hujan yang baik di awal 2025.
Sebagaimana diketahui, Indonesia tahun ini resmi menutup keran impor beras. Kendati begitu, pemerintah tetap mengizinkan impor untuk beras khusus.
Seiring dengan adanya kebijakan tersebut, laju penjualan beras dari Thailand ke Indonesia melambat. USDA memperkirakan, ekspor beras dari Negeri Gajah Putih tahun ini anjlok sebesar 29,2% (Year-on-Year/YoY) dibanding tahun lalu.
“Penjualan ke Indonesia khususnya lemah, karena Indonesia telah mengurangi pembelian beras secara drastis. Selain itu, Thailand saat ini merupakan eksportir Asia dengan harga tertinggi,” jelas USDA dalam laporannya.