Bisnis.com, JAKARTA - Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI) menyebut skema orderan hemat yang dijalankan perusahaan aplikator telah merugikan driver ojek online (ojol).
Ketua SPAI, Lily Pujiati mengatakan skema yang dimaksud adalah layanan GrabBike Hemat atau Akses Hemat. Driver ojol yang mendaftarkan pada skema tersebut diklaim bisa mendapatkan orderan lebih banyak.
"Sementara di sisi lain akan membuat pengemudi lain menjadi sepi orderan atau anyep," kata Lily dalam keterangannya, Sabtu (19/4/2025).
SPAI berharap layanan tersebut bisa dihapus karena telah merugikan driver ojol yang berujung pada gelombang demonstrasi di berbagai kota seperti Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Palembang, Cirebon, Mataram, Kupang dan lainnya.
Grab Hemat adalah istilah yang mengacu pada program Akses Hemat layanan GrabBike Hemat. Berdasarkan tangkapan layar yang dibagikan para mitra driver ojol Grab, driver harus mendaftar terlebih dulu untuk mengikuti program ini.
Situs resmi Grab menjelaskan GrabBike Hemat merupakan layanan transportasi baru untuk perjalanan jarak pendek dengan tarif terjangkau yang tersedia di seluruh kota operasional Grab di Indonesia.
Baca Juga
Lily menjelaskan skema ini akan memotong pendapatan pengemudi ojol sebesar Rp2.000 bila pengemudi menjalankan orderan antar penumpang sebanyak 2-5 orderan.
Kemudian potongan akan naik menjadi Rp3.000 bila menjalankan perintah dari platform sebanyak 6 orderan atau lebih. Potongan itu mulai berlaku saat diluncurkan sejak Februari 2025.
Namun, lanjutnya, potongan tersebut naik pada April 2025 hingga Rp20.000 untuk menjalankan perintah platform sebanyak 10 orderan atau lebih.
“Semua potongan itu makin memberatkan karena selain itu platform masih melakukan potongan setiap orderan yang dikerjakan pengemudi ojol. Belum lagi biaya operasional yang harus ditanggung pengemudi ojol,” jelasnya.