Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom: Penjualan Eceran Maret 2025 Diprediksi Lesu jadi Bukti Pelemahan Konsumsi

Proyeksi pertumbuhan Indeks Penjualan Riil (IPR) Bank Indonesia untuk Maret 2025 yang hanya tumbuh 0,5% secara tahunan (YoY) dan 8,3% secara bulanan (MtM).
Pengunjung beraktivitas di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pengunjung beraktivitas di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom menilai data dari Bank Indonesia terkait kinerja penjualan eceran yang diprediksi lesu pada Maret 2025 memperkuat sinyal pelemahan konsumsi rumah tangga

Proyeksi pertumbuhan Indeks Penjualan Riil (IPR) Bank Indonesia untuk Maret 2025 yang hanya tumbuh 0,5% secara tahunan (YoY) dan 8,3% secara bulanan (MtM), jauh lebih rendah dibandingkan Maret 2024 ketika Ramadan jatuh di pertengahan bulan. 

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede menjelaskan bahwa biasanya, Ramadan dan menjelang Lebaran merupakan periode puncak konsumsi masyarakat. 

“Sehingga perlambatan pertumbuhan IPR pada momen ini menandakan tekanan yang lebih mendalam terhadap daya beli dan pola belanja masyarakat,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (16/4/2025). 

Josua menjelaskan, beberapa faktor memperkuat analisis ini. Pertama, Survei Konsumen Bank Indonesia Maret 2025 mencatat penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari 126,4 ke 121,1, dengan penurunan pada seluruh komponen utamanya, yaitu Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). 

“Penurunan ini terjadi pada seluruh kelompok pengeluaran, mencerminkan bahwa baik kelas bawah maupun atas menghadapi tekanan dalam konsumsi,” lanjut Josua. 

Kedua, dari sisi komponen IKE, penurunan signifikan terjadi pada indeks pembelian barang tahan lama (dari 113,7 ke 110,2) dan indeks ketersediaan lapangan kerja (dari 106,2 ke 100,3), mencerminkan bahwa masyarakat menjadi lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya untuk barang-barang tidak esensial serta menilai prospek pasar kerja lebih negatif. 

Hal ini sejalan dengan laporan peningkatan jumlah PHK secara nasional sebesar 142% YoY di Februari 2025, terutama di sektor manufaktur dan jasa di Jawa.

Ketiga, data penjualan eceran BI menunjukkan bahwa IPR tahunan mengalami kontraksi di banyak kota besar seperti Jakarta (-12,4% YoY), Semarang dan Purwokerto (-17,4% YoY), dan Bandung (-6,3% YoY). 

Josua melihat bahwa data tersebut menegaskan bahwa perlambatan tidak bersifat sporadis, melainkan tersebar secara geografis, memperkuat kesimpulan bahwa konsumsi masyarakat sedang melemah secara umum.

Adapun, Indeks Penjualan Riil (IPR) memang masih tercatat tumbuh meski tipis dari 235,4 pada Maret 2024 menjadi 236,7 pada Maret 2025. 

Pertumbuhan tersebut terpantau lebih lambat dari Maret 2024 yang mencapai 9,3% YoY maupun dari Februari 2025 yang sebesar 2%. 

“Kinerja penjualan eceran tersebut terutama ditopang oleh pertumbuhan Kelompok Suku Cadang dan Aksesori [6,4% YoY], Barang Budaya dan Rekreasi [1,6%], serta Makanan, Minuman dan Tembakau [1,4%’,” ujar Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso dalam keterangan resmi, Rabu (16/4/2025). 

Secara umum, hanya tiga dari delapan kelompok yang mengalami pertumbuhan. Sementara sisanya terkontraksi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper