Bisnis.com, JAKARTA - Jepang tampaknya akan mendapatkan prioritas dalam perundingan tarif AS dalam upayanya mencabut kebijakan yang dikeluarkan oleh Presiden Donald Trump, yang dijadwalkan dimulai pada Rabu (8/4/2025).
Melansir Bloomberg pada Selasa (8/4/2025), Menteri Keuangan Scott Bessent, yang bersama dengan Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer akan memimpin negosiasi dari pihak Amerika, mengatakan: "Saya berharap Jepang akan mendapatkan prioritas" di antara mitra dagang karena maju dengan sangat cepat.
Dorongan untuk mengadakan perundingan perdagangan bilateral muncul ketika Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba mengadakan pertemuan kabinet penuh pada Selasa pagi untuk membahas tarif. Kemudian, pemerintahannya memilih Menteri Revitalisasi Ekonomi Ryosei Akazawa untuk memimpin delegasi Jepang dalam negosiasi tersebut.
Menjelang pertemuan tersebut, Ishiba menegaskan kembali bahwa tarif AS disesalkan dan menyuarakan kekhawatiran atas dampaknya terhadap industri otomotif Jepang yang besar.
"Industri otomotif adalah pilar utama ekonomi kita. Tarif ini juga dapat memberikan dampak yang besar pada berbagai industri," kata Ishiba menjelang pertemuan tersebut.
Trump mengenakan tarif timbal balik sebesar 24% secara menyeluruh kepada Jepang, selain bea masuk otomotif sebesar 25% yang mulai berlaku minggu lalu.
Baca Juga
"Saya sangat khawatir dengan kesesuaian tarif yang diberlakukan oleh pemerintah AS dengan perjanjian WTO dan Perjanjian Perdagangan Jepang-AS," tambah Ishiba.
Saham-saham di Jepang melonjak pada Selasa karena optimisme bahwa bea masuk akan dilonggarkan. Hingga sore hari, indeks Topix yang lebih luas telah naik sebanyak 7,2%, sementara Indeks Saham Nikkei 225 naik sebanyak 6,8%, kenaikan intraday terbesar untuk kedua indeks tersebut sejak Agustus. Indeks berjangka untuk S&P 500 dan Nasdaq 100 juga naik.
Pertemuan tersebut menyusul panggilan telepon antara Trump dan Ishiba pada Senin kemarin, di mana Ishiba mengatakan langkah-langkah tarif akan mengurangi kemampuan perusahaan-perusahaan Jepang untuk berinvestasi di AS. Trump telah berjanji bahwa tarifnya akan mendorong perusahaan-perusahaan untuk memindahkan manufaktur ke Amerika.
Sementara itu Bessent mengatakan Jepang mempertahankan hambatan non-tarif yang "cukup tinggi", tetapi mengharapkan serangkaian negosiasi yang sangat produktif dengan Jepang.
Terkait waktunya, Bessent mengatakan ada 50, 60, hingga 70 negara sekarang yang telah mendekati AS.
"Jadi ini akan menjadi bulan April, Mei, mungkin hingga Juni yang sibuk," jelasnya
Bessent melanjutkan, Jepang adalah sekutu militer yang sangat penting. Negeri Sakura itu juga merupakan sekutu ekonomi yang sangat penting dan AS memiliki banyak sejarah dengannya.
"Jadi saya berharap bahwa Jepang akan mendapatkan prioritas hanya karena mereka maju dengan sangat cepat," ujarnya.
Meski Jepang tampaknya mendapatkan jalur cepat untuk pembicaraan perdagangan, China menghadapi pendekatan yang sangat berbeda.
Trump mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50% di atas bea masuk yang sudah ada jika Beijing tidak menarik kembali apa yang disebutnya sebagai "penyalahgunaan perdagangan jangka panjang." Langkah tersebut dapat berdampak besar pada harga impor dari mitra dagang terbesar ketiga AS.