Bisnis.com, JAKARTA — Pengusaha mengungkapkan prospek penjualan wine Italia ke Amerika Serikat (AS) semakin suram imbas penerapan tarif impor atau tarif resiprokal 20% kepada Uni Eropa (UE).
Dengan kata lain, penjualan Prosecco, Brunello di Montalcino, dan anggur Italia lainnya terancam.
Produsen Italia dan importir AS mengatakan bahwa kebijakan resiprokal oleh Presiden AS Donald Trump bisa memukul bisnis mereka.
Padahal, Italia mengekspor lebih banyak wine ke AS daripada negara lain mana pun. Tahun lalu, negara itu menjual anggur, minuman beralkohol, dan cuka senilai 2 miliar euro ke pasar AS.
Menurut kelompok perdagangan Federvini, angka tersebut sama dengan seperempat dari total ekspor wine Italia di seluruh dunia.
Dengan penerapan resiprokal 20%, pendapatan pengusaha wine Italia diprediksi turun sekitar 323 juta euro atau setara Rp5,87 triliun (asumsi kurs Rp18.190 per euro) per tahun.
Baca Juga
Oleh karena itu, Presiden Importir AS Banville, Simone Luchetti mengatakan para produsen wine Italia menaruh harapan pada kesepakatan antara Eropa dan AS untuk membatalkan atau mengurangi tarif.
"Semoga saja, UE tidak akan membalas. Perang dagang akan sulit diatasi," kata Luchetti seperti dikutip dari Reuters, Minggu (6/4/2025).
Selain itu, dia juga memprediksi konsumsi wine Italia dia pasar AS turun 25% hingga 35% imbas kebijakan Trump.
Sementara itu, Founder Volio Imports, Charles Lazzara memperingatkan bahwa beberapa merek wine akan menghilang dari pasar AS karena konsumen mencari botol yang lebih murah.
"Jika harga anggur meningkat, konsumen mungkin akan meninggalkan merek tersebut. Mereka lebih suka tetap berada dalam kisaran harga yang mereka inginkan," katanya.
Berdasarkan pungutan yang diumumkan, harga sebotol Prosecco kelas menengah, kata Lazzara, akan naik dari US$10,99 menjadi US$12,99 di toko-toko AS.
Senada, Tarif AS juga membuat khawatir produsen wine Italia, Marilisa Allegrini Group. Perusahaan ini memproduksi 840.000 botol wine per tahun, termasuk Brunello di Montalcino, Bolgheri, Valpolicella, dan Amarone.
"Konsumsi anggur di AS sudah dalam krisis, dan tarif semakin memperburuknya," katanya.