Bisnis.com, JAKARTA - PT Freeport Indonesia (PTFI) menargetkan laba bersih mencapai US$3,7 miliar atau setara Rp60,73 triliun (asumsi kurs Rp16.415 per US$$) sepanjang 2025. Target laba tahun ini lebih rendah dari capaian pada 2024 lalu yang sebesar US$4,1 miliar atau Rp67,29 triliun.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan, penurunan laba 2025 tak lepas dari penurunan produksi imbas kondisi kahar dalam insiden kebakaran di smelter baru Freeport di Manyar, Gresik, Jawa Timur pada Oktober 2024 lalu.
"Karena memang tadi angka produksinya mengalami penurunan karena kahar," ungkap Tony dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (13/3/2025).
Dalam rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) Freeport pada 2025, produksi konsentrat direncanakan mencapai 3,28 juta ton. Rencana produksi ini turun dibandingkan realisasi 2024 yang mencapai 3,65 juta ton.
Dari sisi pendapatan, Freeport memproyeksikan akan membukukan US$11,2 miliar. Angka ini turun 1,8% dibandingkan realisasi pada 2024 yang mencapai US$11,4 miliar atau sekitar Rp170 triliun.
Sementara itu, penerimaan negara dari Freeport dalam RKAB 2025 diperkirakan mencapai US$3,8 miliar. Turun dibandingkan realisasi 2024 yang mencapai US$4,7 miliar atau sekitar Rp85 triliun sepanjang 2024.
Proyeksi penerimaan negara senilai US$3,8 miliar terdiri atas US$0,9 miliar penerimaan negara bukan pajak (PNBP), US$1,2 miliar dividen yang dibayarkan ke MIND ID, dan US$1,7 miliar dari pajak lainnya.
"Angka-angka ini dengan asumsi harga US$4,25 per pound untuk tembaga dan US$2.300 per ounce untuk emas," imbuh Tony.
Baca Juga
Dia menambahkan bahwa saat ini harga tembaga telah berada di level US$4,5 per pound, sedangkan harga emas berada di angka US$2.900 per ounce. Tony menyebut, kenaikan harga dua komoditas itu akan berpengaruh juga pada peningkatan pendapatan negara.
"Jadi kalau dilihat kenaikan harga mineral ini akan menambah penghasilan dari Freeport Indonesia dan tentu saja akan menambah bagian negara dalam hal ini," jelas Tony.