Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberikan sinyal tidak ada pemberian perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga untuk PT Amman Mineral Internasional Tbk. pada tahun ini. Sementara, izin untuk PT Freeport Indonesia (PTFI) telah diberikan untuk 6 bulan ke depan.
Pemberian izin ekspor untuk PTFI telah disahkan lewat Peraturan Menteri ESDM No 6/2025 tentang Perubahan atas Permen ESDM No 6.2024 tentang Penyelesaian Pembangunan Fasilitas Pemurnian Mineral di Dalam Negeri. Pertimbangannya lantaran insiden kebakaran pada smelter yang termasuk dalam kahar sehingga produksi tertunda.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Tri Winarno mengatakan pemerintah memutuskan untuk memberikan perpanjangan ekspor dengan ketentuan kahar.
Adapun, kedaan kahar dibuktikan lewat investigasi yang dilakukan oleh pihak kepolisian dan asuransi yang menanggung insiden.
"Nah, yang lain kira-kira bisa memenuhi [kriteria] gak itu? Itu aja misalnya," kata Tri kepada wartawan, Jumat (7/3/2025).
Adapun, hal ini merujuk pada Pasal 2A dalam aturan terbaru yang menyebutkan bahwa pemberian kesempatan penjualan hasil pengolahan ke luar negeri dengan kuota tertentu dan waktu tertentu kepada pemegang IUPK tahap kegiatan operasi produksi mineral logam komoditas tembaga yang telah selesai membangun fasilitas pemurnian mineral logam namun tidak dapat beroperasi dan memerlukan penyelesaian perbaikan akibat keadaan kahar.
Baca Juga
"Ini [PTFI] kahar ada kahar dibuktikan dengan adanya keterangan dari polisi dan asuransi yang membayar 100% terhadap kebakaran itu," tuturnya.
Sebelumnya, permintaan perpanjangan izin ekspor tembaga dari Amman diajukan langsung oleh Presiden Direktur Amman Mineral Rachmat Makkasau dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (19/2/2025).
Dia mengatakan proses commissioning berjalan lambat lantaran pihaknya melakukan berbagai upaya untuk memastikan tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Apalagi, smelter merupakan teknologi baru bagi Amman yang memang sangat berbeda dengan kemampuan perusahaan sebagai penambang.
“Dengan itu kami juga berharap dapat diberikan fleksibilitas untuk melakukan ekspor mengingat banyaknya ketidakpastian dalam proses commissioning ini," ungkapnya.
Rachmat juga menjelaskan, saat ini, smelter yang dibangun oleh Amman baru mencapai kapasitas operasi sekitar 48%. Padahal, smelter yang berlokasi di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat itu memiliki kapasitas pengolahan 900.000 ton konsentrat tembaga per tahun, dengan target produksi 220.000 ton katoda tembaga.