Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang menjadi indikator inflasi Februari 2025 pada hari ini, Senin (3/3/2025).
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan terjadi deflasi sebesar 0,48% secara MtM atau terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 105,99 pada januari 2025 menjadi 105,48 pada februari 2025
"Secara YoY, juga terjadi deflasi 0,09% dan secara tahun kalender mengalami deflasi sebesar 1,24% (ytd)," katanya.
Amalia menyebut kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah perumahan air, listrik dan bahan bakar rumah tangga dengan deflasi 3,59% MtM dan memberikan andil deflasi 0,52%. "Komoditas yang dominan mendorong deflasi kelompok ini adalah diskon tarif listrik yang memberikan andil deflasi sebesar 0,67%," katanya.
Capaian ini tidak berbeda jauh dengan konsensus ekonom yang dihimpun Bloomberg, median atau nilai tengah dari 20 ekonom sebesar 0,55% secara tahunan atau year on year (YoY). Angka tersebut lebih rendah dari realisasi inflasi Januari 2025 yang sebesar 0,76% YoY.
Baca Juga
Estimasi tertinggi terpantau berada di angka 0,8% YoY yang dikeluarkan oleh ekonom KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana. Sementara estimasi terendah di angka 0,04% oleh Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) atau BCA David Sumual.
“Inflasi melambat jauh karena harga bahan pokok,” ujar David, Minggu (2/3/2025).
David menjelaskan bahwa pada Februari 2025 dibandingkan dengan Februari tahun lalu, hampir semua komoditas pangan pembentuk inflasi melambat, termasuk beras dari sebelunya inflasi 3,5% menjadi -1,1% YoY.
Hal tersebut sejalan dengan deflasi bulanan atau month to month (MtM) yang diperkirakan sebesar 0,27% karena harga bahan pokok semua mengalami penurunan dibandingkan Januari, kecuali beras yang stagnan dan gula pasir yang harganya sedikit mengalami kenaikan.
Pada saat bersamaan, komponen inflasi inti atau core inflation diperkirakan kembali meningkat karena harga emas yang naik cukup tinggi.
Di sisi lain, harga yang diatur pemerintah atau administered price sedikit akselerasi karena harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax mengalami kenaikan harga. Terlebih, pemerintah masih memberikan diskon tarif PLN sampai dengan Februari.
Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Pertama Tbk. (BNLI) atau Permata Bank Josua Pardede meramalkan deflasi akan kembali terjadi dengan angka 0,08% akibat penurunan harga pangan karena pasokan yang meningkat.
“Oleh karena itu, kami mengantisipasi deflasi bulanan yang signifikan pada kelompok harga bergejolak,” ujarnya, Minggu (2/3/2025).
Josua memperkirakan inflasi Administered Price akan mencatat inflasi bulanan sebesar 0,23% MtM. Namun demikian, Inflasi inti Inflation pada Februari 2025 sebagian besar dipengaruhi oleh kenaikan harga emas global dan depresiasi rupiah.
Secara kumulatif atau year to date (YtD), Josua memperkirakan bahwa IHK deflasi sekitar 0,84%, lebih dalam dari Januari 2025.
Seiring dengan deflasi yang kembali terjadi, Josua melihat laju inflasi Februari 2025 secara tahunan atau year on year (YoY) akan menurun atau lebih lambat menjadi 0,31% YoY dari Januari yang deflasi 0,76%—yang menandai level terendah sejak Januari 2020.
Sementara itu, laju Inflasi Inti tahunan diperkirakan akan tetap kuat, naik dari 2,36% YoY menjadi 2,46% pada Februari 2025, terutama didorong oleh kenaikan harga emas. Di luar harga emas, inflasi inti terlihat lemah, mengindikasikan kondisi permintaan yang relatif stabil.
Secara umum, Josua meyakini meski terjadi deflasi bulanan dan inflasi yang melambat, realisasi IHK pada akhir tahun akan tetap berada di kisaran 2% karena subsidi listrik dari pemerintah hanya diberikan pada dua bulan pertama 2025.
“Kami masih memperkirakan inflasi IHK akan berada di kisaran 2% pada akhir tahun 2025, karena dampak dari diskon tarif listrik diantisipasi akan menghilang pada Maret 2025,” lanjutnya.
Sebelumnya pada Januari 2025, BPS menyampaikan realisasi IHK mengalami deflasi 0,76% MtM dan inflasi 0,76% YoY. Deflasi bulanan bahkan inflasi yang melambat tersebut utamanya akibat diskon tarif listrik.
Dari sisi IHK bulanan, Konsensus ekonom turut mengestimasikan akan mengalami inflasi tipis secara bulanan, sebesar 0,11% MtM. Estimasi IHK tertinggi hanya sebesar 0,34%, sementara terendah sebesar -0,6%.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) atau Bank Mandiri Andry Asmoro melihat penurunan harga bahan pokok seperti daging ayam, telur ayam ras, cabai rawit, serta bawang merah akan membuat IHK deflasi tipis 0,04% MtM.
Sementara harga bahan bakar bersubsidi tetap tidak berubah sementara harga bahan bakar non-subsidi naik rata-rata 5% pada Februari.
“Dari komoditas lain, harga tiket pesawat akan normal pada Februari 2025, setelah diskon yang diterapkan pada bulan Desember 2024 dan Januari 2025” tuturnya.