Bisnis.com, JAKARTA — Utusan Khusus Presiden RI Prabowo Bidang Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo membeberkan State Atomic Energy Corporation Rosatom (Rosatom) Rusia membawa penawaran yang menarik soal rencana investasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia.
Indonesia belakangan, lewat komunikasi antarpemerintah dan wadah Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, telah memegang minat Rusia, China, dan Amerika Serikat untuk berinvestasi pada pengembangan PLTN.
Rusia lewat Rosatom, sementara minat Amerika Serikat muncul dari Westtinghouse Electric Corporation. Adapun, ketertarikan China untuk investasi nuklir di Indonesia lewat China National Nuclear Corporation (CNNC), perusahaan pelat merah di bidang nuklir.
“Teman Rusia kita, Rosatom, datang dengan proposal yang bagus,” kata Hashim dalam forum Indonesia Green Energy Investment Dialogue 2025 di Jakarta, Kamis (27/2/2025).
Rencananya, kata Hashim, bauran nuklir dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN bisa mencapai sekitar 4,3 gigawatt (GW).
“Untuk EBT [energi baru terbarukan] 75 GW, nuklirnya sekitar 4,3 GW berasal dari berbagai macam investor,” tuturnya.
Baca Juga
Sebelumnya, Wakil Ketua Kadin Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Aryo Djojohadikusumo mengatakan, komitmen tiga negara untuk pengembangan nuklir itu melibatkan peran anggota Kadin.
“Kebetulan ketiganya itu melibatkan anggota Kadin,” kata Aryo di Jakarta, Kamis (27/2/2025).
Aryo menuturkan, ketiga perusahaan yang berminat itu sudah berkomunikasi dengan anggota Kadin ihwal kemungkinan untuk investasi pembangkit nuklir di Indonesia.
Hanya saja, dia menambahkan, rencana investasi tiga perusahaan nuklir itu masih dalam tahap negosiasi. “Masih dalam tahap negosiasi, belum bisa diumumkan,” kata Aryo.
Seperti diketahui, keinginan Rusia untuk investasi pembangkit nuklir disampaikan lewat Sekretaris Dewan Keamanan Federasi Rusia Sergei Kuzhugetovich Shoigu.
“Dua hari yang lalu waktu beliau bertemu Presiden Prabowo, Rosatom berminat untuk ikut membangun PLTN,” kata Aryo.
Sementara itu, minat China tertangkap saat Kadin menemani lawatan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke China akhir 2024 lalu.