Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pabrik Sanken Tutup, Produsen Alat Listrik Pede Kinerja Tumbuh 20%

Penutupan pabrik peralatan listrik PT Sanken Indonesia yang merupakan produsen asal Jepang dinilai tidak akan terlalu mempengaruhi kinerja industri lokal.
PT Sanken Indonesia yang berlokasi di Kawasan Industri MM2100 Cikarang Barat, Bekasi/Dok. Sanken.
PT Sanken Indonesia yang berlokasi di Kawasan Industri MM2100 Cikarang Barat, Bekasi/Dok. Sanken.

Bisnis.com, JAKARTA - Penutupan pabrik peralatan listrik PT Sanken Indonesia yang merupakan produsen asal Jepang dinilai tidak akan terlalu mempengaruhi kinerja industri lokal.

Bahkan, Asosiasi Produsen Peralatan Listrik Indonesia (APPI) memproyeksi pertumbuhan kinerja industri peralatan listrik dapat mencapai 15%-20% pada tahun ini. 

Ketua Umum APPI Yohanes Purnawan Widjaja mengatakan pihaknya meyakini industri atau produsen yang mendukung bidang kelistrikan di Indonesia tengah menadah berkah dari transisi energi dan proyek-proyek ketenagalistrikan yang masif di dalam negeri. 

"Proyek lagi banyak, bahkan tahun ini optimismenya luar biasa. PLN lagi mau membangun yang 48.000 km sirkuit jaringan transmisi baru. Optimisme orang di bidang kelistrikan sekarang lagi tinggi-tingginya, apalagi dengan adanya transisi energi," kata Yohanes kepada Bisnis, Kamis (20/2/2025). 

Optimisme tersebut melanjutkan capaian target pertumbuhan kinerja industri peralatan listrik tahun lalu yang mencapai 15%. Dia menerangkan bahwa tahun lalu merupakan fase pemulihan bagi industri peralatan listrik yang didukung proyek-proyek PT PLN (Persero), serta pemulihan ekonomi nasional. 

Pasalnya, selama Covid-19 lalu PLN disebut meminimallisir anggaran belanja, sedangkan pada 2024 anggaran pembelian sektor ketenagalistrikan telah kembali normal. Kondisi ini menjadi angin segar bagi industri.

"Terutama nih tentang transisi energi nih, yang dari energi fosil itu ke energi terbarukan kan. Karena Indonesia kan sudah ikut yang Paris Agreement. Pemerintah kan sudah berkomitmen kan untuk mengurangi energi-energi fosil," jelasnya. 

Komitmen pemerintah yang tetap mendorong penerapan energi baru terbarukan (EBT) mendorong pembelanjaan untuk proyek jalur-jalur transmisi dan distribusi baru. 

"Nah, itu tentunya kalau ke vendor-vendor, ke produsen-produsen yang bergerak di bidang komponen industri kelistrikan, transmisi dan distribusi ya akan bertambah ordernya," terangnya. 

Kendati demikian, Yohanes yang saat ini merupakan Direktur PT Sintra Sinarindo Elektrik itu tak memungkiri masih terdapat tantangan yang dikhawatirkan oleh pengusaha peralatan listrik saat ini terkait risiko banjir produk impor asal China yang datang dari jalur ilegal. 

Hal ini tentu menjadi ancaman bagi produsen transformator distribusi tegangan menengah dan transformator tenaga tegangan 150 KV itu. Apalagi, dia menilai ekonomi China dalam kondisi penurunan, disertai dengan kondisi perang dagang Amerika Serikat dan China. 

"Efeknya banyak produk-produk kelistrikan China yang dikenakan tarif pajak masuk yang tinggi ke Amerika. Otomatis mereka mencari sasaran pasar dong, market. Yang dilihat sangat potensial itu tentunya Indonesia karena memang market Indonesia cukup besar," tuturnya. 

Kendati demikian, dia tetap meyakini bahwa keberpihakan pemerintah terhadap produsen dalam negeri sangat tinggi, terlebih dengan pemberlakuan kewajiban Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

"Tapi kan tantangan kita ke depan ya kita juga harus bisa membuat produk yang harganya kompetitif, sehingga tidak hanya dilindungi, tapi juga memang benar-benar bisa bersaing dengan produk-produk dari luar, khususnya dari China," imbuhnya. 

Untuk itu, dia berharap pemerintah juga tetap memberikan stimulus dari segi pembiayaan dengan menyediakan bunga kredit yang kompetitif sehingga biaya ekspansi dapat ekonomis.

Berkaitan dengan pentupan pabrik Sanken, Yohanes menilai bahwa pabrikan asal Jepang itu di hanya memproduksi transformer dengan skala kecil atau pengubah daya kecil, bukan untuk proyek kelistrikan, sehingga bukan bagian dari anggota APPI. 

"Dia bikin transformer kecil. Kalau kami transformer untuk di gardu distribusi dan gardu transmisi. Itu yang kami produksi. Yang besar, yang untuk tegangan menengah dan tegangan tinggi," jelasnya. 

Untuk itu, dia memastikan, industri peralatan listrik lokal masih tumbuh positif. Beberapa anggota APPI juga mengekspor ke Amerika. Hal ini disebut salah satu berkah dari perang dagang China Amerika. Saat ini produk dari Indonesia masih masuk ke Amerika dengan tarif normal. 

Adapun, beberapa produk peralatan listrik yang saat ini banyak dicari yaitu panel listrik tegangan rendah dan tegangan menengah, komponen listrik proteksi seperti saluran udara tegangan menengah (SUTM) dan saluran udara tegangan tinggi (SUTT), hingga kabel. 

"Makanya beberapa buyer-buyer dari Amerika itu mencari alternatif juga ke Indonesia. Selain ke Vietnam, ke Taiwan, ke Korea, juga ke Indonesia. Udah banyak yang datang ke Indonesia cari, udah dapet trader. Udah ke Amerika, ekspor," pungkasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper