Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Eks Dirut Bulog Blak-blakan Tantangan Serap 3 Juta Ton Beras

Mantan Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi membeberkan sederet tantangan Perum Bulog dalam penyerapan 3 juta ton beras tahun ini.
Buruh melakukan bongkar muat karung berisi beras di Gudang Bulog Divre Jawa Barat di Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Senin (30/1/2023). Bisnis/Rachman
Buruh melakukan bongkar muat karung berisi beras di Gudang Bulog Divre Jawa Barat di Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Senin (30/1/2023). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA – Mantan Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menilai, jumlah dan kualitas gabah/beras yang diserap dari petani lokal menjadi tantangan Perum Bulog dalam melakukan penugasan penyerapan 3 juta ton setara beras tahun ini.

Hal tersebut disampaikan Bayu usai menghadiri agenda Indonesia Economic Summit di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Rabu (19/2/2025).

“Ini sangat ditentukan oleh bagaimana jumlah maupun kualitas gabah yang akan diperoleh dari panen,” kata Bayu kepada Bisnis, Rabu (19/2/2025).

Bayu menuturkan, beras merupakan komoditas utama yang dikonsumsi masyarakat. Dalam hal ini, Perum Bulog perlu memastikan stok beras yang ada tidak dimanfaatkan untuk masyarakat di sekitarnya. 

Pasalnya, jika stok yang ada diserap oleh masyarakat, maka Perum Bulog tidak dapat melakukan penyerapan. Hal ini kemudian dapat memengaruhi jumlah beras yang harus diserap oleh Perum Bulog.

“Jumlahnya ada di mana? Apakah bisa, tidak dimanfaatkan untuk masyarakat sekitarnya? Karena kan beras itu adalah produk yang dikonsumsi secara menyeluruh di seluruh Indonesia, jadi ya bisa saja berasnya sudah diserap oleh masyarakat, sehingga tidak bisa diserap oleh Bulog,” tuturnya.

Selain itu, kualitas gabah/beras juga perlu menjadi perhatian. Bayu menuturkan, selain membeli beras dari petani, Perum Bulog juga menyimpan beras sebagai cadangan pemerintah.

Mengingat stok tersebut disimpan dalam periode waktu tertentu, Bayu menyebut bahwa perlu spesifikasi kualitas yang sesuai, minimal gabahnya harus kering agar dapat disimpan.

“Karena kalau gabahnya terlalu basah, nanti dia akan cepat rusak di dalam penyimpanannya,” ujarnya. 

Sebagaimana diketahui, Perum Bulog mendapat penugasan untuk menyerap 3 juta ton setara beras tahun ini. 

Sejumlah upaya dikerahkan untuk mendukung penugasan tersebut, mulai dari mencabut rafaksi harga pembelian pemerintah (HPP) gabah, menyesuaikan derajat sosoh dari semula minimal 100% menjadi 95%, hingga memberikan tambahan anggaran sebesar Rp16,6 triliun. 

Merespons penugasan ini, Bayu menyebut bahwa target tersebut bukanlah hal yang luar biasa. Mengingat, Perum Bulog pernah menyerap lebih dari 3 juta ton dalam setahun.

Kendati begitu, diakuinya, Perum Bulog juga pernah gagal mencapai target serapan yang diberikan, akibat sejumlah faktor. 

“Bulog pernah punya pengalaman lebih banyak dari itu, tapi juga pernah mengalami masa-masa sulit sehingga targetnya tidak tercapai,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper