Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan melakukan diversifikasi pasar dalam menghadapi ketegangan perang dagang AS—China.
Kemendag) akan melakukan diversifikasi pasar dalam menghadapi ketegangan perang dagang AS—China.Kepala Badan Kebijakan Perdagangan (BKPerdag) Kemendag Rusmin Amin menyebut bahwa Indonesia perlu mencari diversifikasi pasar untuk mengurangi ketergantungan pada AS dan China.
“Strategi diversifikasi pasar dan memperkuat hubungan regional menjadi kunci dalam menghadapi dampak ketegangan ini,” kata Rusmin kepada Bisnis, Senin (17/2/2025).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), China masih menjadi tujuan utama impor Indonesia pada Januari 2025.
China menjadi negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari 2025, yakni senilai US$6,34 miliar atau dengan pangsa pasar sebesar 40,86%.
Secara tahunan (year-on-year/yoy), nilai impor nonmigas dari China mengalami kenaikan. Pada Januari 2024, nilai impornya hanya US$5,95 miliar. Namun jika dibandingkan bulan sebelumnya nilai impornya turun atau pernah mencapai US$7,29 miliar pada Desember 2024.
Baca Juga
Merespons terjadinya peningkatan impor Indonesia dari China pascakonflik AS-China, Kemendag memandang perlu ditelaah lebih lanjut apakah hal ini terjadi karena adanya pengalihan pasar produk ekspor China dari AS.
“Jika hal ini terbukti, maka perlu langkah antisipatif agar hal ini tidak berdampak pada industri domestik,” ujarnya.
Lebih lanjut, Rusmin menyebut, adanya potensi perubahan dalam rantai pasok global, maka Indonesia harus meraih kesempatan dan peluang agar menjadi bagian dari basis produksi bagi produk-produk ekspor China di wilayah Asia.
“Indonesia dapat fokus untuk menarik investasi dalam sektor manufaktur dan teknologi,” ungkapnya.
Kendati demikian, dia mengungkap bahwa ketegangan perang dagang AS vs China dapat menyebabkan fragmentasi perdagangan global yang mungkin tidak selalu menguntungkan bagi Indonesia.
“Untuk itu Indonesia tetap harus cermat dalam melihat peluang pasar agar tidak dijadikan pengalihan pasar dari kedua negara tersebut,” jelasnya.
Seperti diketahui, Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif tambahan 25% untuk impor dari Kanada dan Meksiko. AS juga mengenakan tarif tambahan 10% untuk impor dari China dalam perang dagang.
Mengutip lembar fakta dari Gedung Putih, Selasa (18/2/2025), Trump berkomitmen untuk memastikan kebijakan perdagangan AS melayani kepentingan nasional.
Dalam Memorandum Presiden tentang Kebijakan Perdagangan Pertama Amerika, Trump menyatakan bahwa kebijakan perdagangan adalah komponen penting dalam keamanan nasional.