Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat secara khusus adanya peningkatan impor yang signifikan terhadap komoditas kakao sebesar 119% secara bulanan pada Januari 2025.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan total impor komoditas Kakao dan Olahannya (HS 18) senilai US$304,41 juta, naik dari Desember 2024 yang senilai US$140 juta.
Impor bahan baku kakao yang meningkat ini tercatat dilakukan dengan tujuan mendukung produksi olahan kakao Indonesia dalam kegiatan ekspor.
"Sebagian besar impor adalah bijih kakao, utuh/pecah, mentah/sangrai, difermentasi [HS 18010010] total US$266,51 juta," ujarnya dalam konferensi pers, Senin (17/2/2025).
Melihat dari sisi negara pemasok, Indonesia terpantau melakukan impor komoditas tersebut, utamanya dari Ekuador senilai US$136,79 juta.
Akibatnya, lonjakan impor ini membuat Ekuador menjadi negara ketiga yang menyumbangkan defisit terbesar, yakni US$133,6 juta, terhadap neraca perdagangan Indonesia periode Januari 2025.
Baca Juga
Secara volume pun importasi kakao dari Ekuador juga mencatatkan lonjakan dari 2.000 ton pada Desember 2024 menjadi 15.800 ton pada Januari 2025.
Pasalnya, kakao olahan merupakan salah satu produk ekspor unggulan Indonesia, utamanya untuk Amerika Serikat (AS), India, dan China berupa mentega kakao, lemak, dan minyak kakao.
Pada Januari 2025, nilai ekspor kakao mencapai US$320,52 juta atau meningkat 3,4% dibandingkan Desember 2024.
Meski Indonesia mengalami defisit perdagangan kakao dengan Ekuador, secara umum komoditas kakao dan olahannya masih surplus perdagangan dengan nilai US$16,11 juta.
Adapun, Amalia tidak menjelaskan alasan lonjakan yang signifikan ini, namun melihat data Statistik Kakao Indonesia 2023 milik BPS menunjukkan bahwa produksi kakao di Indonesia mengalami penurunan, baik tahun ke tahun maupun secara berturut-turut dalam beberapa tahun terakhir.
Setidaknya pada 2020, luas areal dan produksi kakao Indonesia masing-masing sejumlah 1,56 juta hektare (ha) dan 734.800 ton per tahun.
Kemudian pada 2023, areal perkebunan kakao susut jadi 1,39 hektare dan produksi ikut menurun menjadi 632.120 ton per tahun.