Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cerita di Balik Segelas Susu Segar dari Malang

Sebelum susu sampai ke konsumen untuk pemenuhan gizi, terdapat peternak yang berjuang setia selama puluhan tahun.
Peternak sapi perah menyerahkan susu produksinya kepada KUD Dadi Jaya di Jawa Timur untuk kemudian dikirim ke pabrik./Bisnis - Rika A.
Peternak sapi perah menyerahkan susu produksinya kepada KUD Dadi Jaya di Jawa Timur untuk kemudian dikirim ke pabrik./Bisnis - Rika A.

Bisnis.com, MALANG — Di bawah terik matahari siang, deru sepeda motor para peternak sapi perah terdengar di halaman tempat penampungan susu (TPS) Suruhgalih, Pasuruan, Jawa Timur. Turut dalam pemandangan dua milk can stainless steel penuh susu segar hasil perahan pagi tadi berdesakan. Seperti rutinitas setiap hari, mereka datang dengan harapan susu mereka lolos uji kualitas sebelum akhirnya dijual ke Nestlé Indonesia.

Namun, di balik aktivitas harian itu, para peternak menghadapi tantangan besar. Sejak wabah penyakit mulut dan kaki (PMK) melanda pada 2022, produksi susu mereka menurun drastis. TPS Suruhgalih misalnya, dari semula produksi bisa mencapai 2.806 liter per hari, kini hanya tersisa 1.870 liter per hari. Seiring mereda wabah, peternak berharap produksi kembali tinggi.

TPS Suruhgalih menjadi satu dari 16 pos di bawah Koperasi Unit Desa (KUD) Dadi Jaya Purwodadi Pasuruan. Secara total, KUD memiliki kapasitas penampung susu peternak sebanyak 25 ton per hari. Meski demikian, produksi susu mengalami penurunan menjadi 19 ton seiring banyaknya sapi yang terjangkit PMK. Susu ini dihasilkan dari total populasi 5.500 ekor sapi yang mencakup induk, pedet, dara, hingga jantan.

Pada masa jayanya, kawasan memproduksi susu segar sebanyak 30 ton per hari. Kondisi ini menempatkan KUD Dadi Jaya sebagai pemasok terbesar keenam secara volume untuk Nestlé Indonesia.

Proses Seleksi Susu Segar

Tidak semua antrean susu ini akan dibeli oleh pabrik. Hanya susu segar yang memenuhi kualitas yang dapat diterima. Seleksi telah dimulai sejak milk can stainless steel antre pada ‘jam sibuk’ Rabu (12/2/2025) siang itu. Sebelum digabung dengan produksi peternak lainnya, kaleng-kaleng itu harus terlebih dahulu melewati uji alkohol 76%.

Head of Milk Procurement & Dairy Development Nestlé Indonesia Ida Royani mengatakan setelah melewati uji alkohol, susu akan dilakukan pengujian suhu hingga berat jenis.

Seleksi ini membuat tidak semua produksi dapat diterima. Meski demikian, dia memastikan jumlah produksi yang ditolak relatif kecil.

"Yang dikembalikan biasanya untuk minum pedet [anak sapi]," kata Ida saat mengunjungi KUD Dadi Jaya, Rabu (12/2/2025).

Jika lolos uji, maka langkah selanjutnya adalah pencucian milk can. Hal ini dilakukan agar sisa lemak susu di dalam ember penampung itu cepat hilang. Pencucian ini akan dipantau oleh petugas.

Head of Sustainable Agri Nestlé Indonesia, Syahrudi, menjelaskan bahwa dalam hal penukaran susu, peternak sapi perah melalui KUD akan mendapatkan harga Rp7.000–Rp7.600 per liter nett. Penentuan harga beli tergantung dari kualitas susu.

Jalan Panjang Peternak
Penyerapan susu petani oleh KUD yang kemudian dijual ke Nestlé telah menjadi perjalanan ekonomi yang panjang di Pasuruan. Kamid (53), misalnya, sosok yang memiliki 10 ekor sapi dengan 5 ekor di antaranya sudah dapat diperah, telah beternak menjalankan usaha ini sejak 35 tahun lalu.

Dari pemerahan pagi-sore yang dilakukan, saat ini ia mendapatkan 66 liter dengan harga jual Rp7.450 per liter. Kamid bercerita produksinya pernah lebih tinggi, namun wabah PMK membuat jumlah sapi yang dimiliki menyusut.

Kepastian pembeli membuat Anton lebih berani dalam ekspansi. Memulai beternak sapi perah sejak 2002 atau 23 tahun lalu, kini dirinya memiliki 26 ekor sapi dengan 12 di antaranya dapat diperah. Total produksi saban hari adalah 175 liter dengan harga susu sekitar Rp7.216 per liter, tergantung kualitas.

"Pendapatan bersih bisa mencapai sekitar Rp9 juta per bulan," katanya.

Anton bahkan mengembangkan kandang yang lebih baik dengan closed house system. Harapannya, dengan kandang lebih tenang maka meningkatkan kenyamanan dan memudahkan pemenuhan kebutuhan dasar sapi.

"Kandang closed house agar sapi nyaman, stres turun sehingga produktivitas naik," ungkapnya.

Untuk memastikan produksi stabil, peternak di wilayah ini memberikan pakan hijauan rumput odot, konsentrat, dan tambahan lain seperti silase tebon jagung. Dia juga mengaku sudah mendapatkan empat kali vaksin, yakni dari pemerintah dan Nestlé Indonesia.

Mitra peternak Nestlé Indonesia lainnya adalah Gatot Laksono, yang mulai beternak pada 1990 dengan 1 ekor sapi. Saat ini, dia memiliki 15 ekor sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH). Dari jumlah ini 7 di antaranya adalah sapi laktasi.

"Sehari menghasilkan 60 liter per hari pagi-sore dari 7 ekor sapi perah," ujar Gatot.

Selama ini, pengelolaan peternakan Gatot dilakukan bersama keluarga, termasuk anaknya, dan dibantu seorang tenaga kerja. Sama seperti peternak lainnya, Gatot juga membangun sistem closed house untuk meningkatkan kenyamanan sapi.

Asal tahu saja, tingkat stres sapi perah diukur dari temperature humidity index (THI), yakni berupa suhu dan kelembapan. Idealnya, tingkat stres sapi perah berada di rentang 19–27 derajat Celcius.

Manajer di KUD Dadi Jaya Purwodadi, Rukmani, mengatakan bahwa selama 40 tahun bermitra dengan Nestlé Indonesia, perkembangan bisnis KUD dengan fokus sapi perah terus melaju.

Dukungan vaksin mandiri kepada seluruh peternak secara gratis hingga kepastian penyerapan produksi membuat peternak sapi perah di KUD mampu memproduksi susu lebih berkualitas dan efisien.

"Nestlé juga membantu pengelolaan limbah berkelanjutan, seperti limbah yang diolah menjadi biogas. Kami tidak hanya berkontribusi pada kualitas lingkungan, tapi juga menciptakan nilai tambah," tuturnya.

Sementara itu, Syahrudi mengungkap pihaknya mengalokasikan vaksin PMK untuk 70.000 ekor sapi sebanyak dua kali dalam satu tahun. Nilai belanja vaksin itu setara Rp1,5 miliar untuk 70.000 ekor sapi.

"Kalau peternak tumbuh dan sejahtera, nggak mungkin koperasi nggak sejahtera," terangnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper