Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Buka Forum ICOPE 2025, Wamentan: Produktivitas Sawit Nasional Harus Naik!

Minyak sawit Indonesia telah menyumbang sekitar 23% produksi minyak nabati dunia atau 58% produksi minyak sawit global.
Wamentan Sudaryono (tengah) didampingi Chairman dan CEO PT Sinar Mas Agro Resources & Technology, Franky Oesman Widjaja (kanan) dan ⁠⁠Conservation Director WWF-Indonesia Dewi Yani Rizki Lestari (kiri) seusai pembukaan International Conference of Oil Palm and Environment (ICOPE) 2025, di Bali, 12 Februari 2025./ Bisnis - David Eka Issetiabudi
Wamentan Sudaryono (tengah) didampingi Chairman dan CEO PT Sinar Mas Agro Resources & Technology, Franky Oesman Widjaja (kanan) dan ⁠⁠Conservation Director WWF-Indonesia Dewi Yani Rizki Lestari (kiri) seusai pembukaan International Conference of Oil Palm and Environment (ICOPE) 2025, di Bali, 12 Februari 2025./ Bisnis - David Eka Issetiabudi

Bisnis.com, DENPASAR - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong produktivitas sawit nasional untuk menjawab meningkatnya kebutuhan di sektor pangan hingga energi. 

Hal itu disampaikan Wakil Menteri Pertanian Sudaryono di sela pembukaan Konferensi Internasional Kelapa Sawit dan Lingkungan atau International Conference of Oil Palm and Environment (ICOPE) 2025, di Bali pada 12-14 Februari 2025.

Sudaryono mengatakan ICOPE menjadi forum mempertemukan pemikiran ataupun solusi yang baik untuk keberlanjutan industri sawit nasional. Diharapkan, dari forum-forum semacam ini dapat mendorong produktivitas sawit nasional. 

Menurutnya, peranan industri sawit begitu strategis, sehingga dengan meningkatkan produktivitas akan menguatkan posisi Indonesia sebagai pemain kunci sawit global.

Saat ini, berdasarkan data Kemenko Perekonomian, minyak sawit Indonesia telah menyumbang sekitar 23% produksi minyak nabati dunia atau 58% produksi minyak sawit global.

“Dan dari pemerintah, kami sangat menekankan bagaimana peningkatan produktivitas itu kami inginkan. Karena minyak sawit ini, selain memang untuk pangan, tapi juga ada keinginan dari pemerintah, bagaimana kita menuju sustainable, menuju renewable energy,” ujarnya, Rabu (12/2/2025).

Sudaryono khawatir, apabila tingkat produktivitas tidak dapat ditingkatkan, pihaknya khawatir tingginya demand untuk sektor energi bakal mengorbankan sektor pangan. Untuk itu, Kementan mendorong adanya intensifikasi dan ekstensifikasi sawit nasional. 

“Karena dengan hasil produksi dari intensifikasi yang naik, perusahaan kelapa sawitnya juga tambah baik, jangan lupa juga itu memberi kesejahteraan petani juga lebih baik,” tambahnya.

Pada kesempatan yang sama, Chairman dan CEO PT Sinar Mas Agro Resources & Technology, Franky Oesman Widjaja mengatakan potensi pengembagan industri sawit terbuka lebar. Mengamini pernyataan Wamentan Sudaryono, Franky menyebut sawit merupakan komoditas istimewa yang berkembang di Tanah Air. 

“Ini anugerah Tuhan. Dan kita sudah menjadi produsen nomor satu di dunia produksi,” ujarnya. 

Selain memberi nilai tambah yang besar, Franky mengatakan industri sawit telah membuka lapangan kerja yang besar, dan memberi lapangan pekerjaan langsung kepada lebih dari 17 juta orang.

Di tengah target pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 8%, Franky memperkirakan peningkatan kinerja industri sawit nasional akan memberikan kontribusi yang signifikan. 

“Kita sudah unggul, tinggal lebih didorong lagi saja. Untuk jangka pendek, peningkatan produktivitas adalah mendorong intensifikasi,” tambahnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper