Bisnis.com, JAKARTA – Salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia, PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) bakal menggarap proyek rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Rencananya prosesi groundbreaking proyek tersebut dilaksanakan pada bulan depan.
Hal itu diungkapkan Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait ketika ditemui di Kantor Kadin Indonesia, Kamis (6/2/2025). Kendati begitu, belum diketahui secara pasti berapa banyak unit rumah yang bakal dibangun Adaro.
“Rencananya bulan depan, Boy Thohir [Direktur Utama Adaro bakal groundbreaking],” kata Ara, Kamis (6/2/2025).
Dalam paparan yang disampaikan Ara, sejumlah perusahaan ikut turun tangan merealisasikan program 3 juta rumah yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto.
Di antaranya, PT Bumi Samboro Sukses dan Agung Sedayu Group yang membangun 250 unit rumah di Tangerang, Banten. Lalu, PT Berau Coal Tbk. berjumlah 500 unit di Berau, Kalimantan Timur.
Kemudian, PT Harum Energy Tbk. membangun rumah panggung sebanyak 30 unit di Muara Angke, DKI Jakarta. PT Bukit Asam Tbk. sebanyak 23 rumah di Palembang, Sumatra Selatan.
Baca Juga
Selanjutnya, Habitat for Humanity Indonesia berjumlah 200 rumah di Gunung Kidul, DI Yogyakarta. RS Widodo sebanyak 5 rumah di Ngawi, Jawa Timur, serta DPD Himperra Bali sebanyak 1 unit di Bali.
Dengan demikian, total rumah dari hasil gotong royong CSR mencapai 1.009 unit rumah hingga 5 Februari 2025.
Dalam catatan Bisnis, Ara sempat mengungkap bahwa Boy Thohir akan membangun hunian di wilayah Kalimantan Selatan. Dengan demikian, daerah tersebut bakal menjadi prioritas pembangunan rumah gratis yang bakal digarap ke depan.
“Ya, tadi malam saya ketemu Pak Boy, dia mau di Kalimantan Selatan, kemudian ya yang lain-lain sesuai tempat usahanya lah gitu ya, terus disesuaikan dengan kebutuhan,” tuturnya saat groundbreaking proyek perdana program 3 juta rumah di Banten, Jumat (1/11/2024).
Namun, Ara menyebut, saat ini pihaknya masih mendalami kajian tersebut. Pasalnya, bila pembangunan itu dilakukan tanpa pendalaman dikhawatirkan hanya bakal membentuk aset idle.
Di samping itu, Ara juga menjelaskan bahwa pada tahap awal pemerintah bakal terlebih dahulu melengkapi infrastruktur di wilayah Kalsel mempersiapkan pembangunan tersebut.
“Yang paling sedih kita, dibangun tempat, tahu-tahu nggak ada yang ngisi. Karena nggak nyambung antara kebutuhan dan apa yang disediakan, itu sedih banget. Sama infrastrukturnya, kalau di sini kan kita yakin bisa infrastruktur itu sudah jalan,” tegasnya.