Bisnis.com, JAKARTA — The ASEAN+3 Macroeconomic Research Office alias AMRO menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,1% pada 2025.
Proyeksi tersebut terungkap dalam laporan terbaru AMRO bertajuk ASEAN+3 Regional Economic Outlook Update edisi Januari 2025. Padahal dalam laporan edisi Oktober 2024, AMRO memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,2% pada 2025.
Kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Khor menjelaskan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi bukan hanya terjadi di Indonesia namun rata-rata kawasan Asean+3 (negara-negara Asean ditambah China, Jepang, dan Korea Selatan).
Secara keseluruhan, AMRO memproyeksikan perekonomian kawasan Asean+3 akan tumbuh 4,2% pada 2025. Angka tersebut turun dibandingkan proyeksi pada Oktober 2024 yaitu 4,4%.
Hoe menjelaskan penurunan tersebut diakibatkan ancaman peningkatan tarif Amerika Serikat (AS) atas barang-barang impor asal China. Menurutnya, kebijakan tersebut akan membebani perekonomian negara-negara Asean+3.
"Meningkatnya tensi perdagangan, khususnya pengenaan tarif AS yang lebih tinggi, dapat melemahkan permintaan eksternal untuk kawasan tersebut dan kawasan lain di dunia pada tahun mendatang," ujar Hoe dalam keterangannya, Selasa (21/1/2025).
Baca Juga
Lebih lanjut, tekanan harga di seluruh kawasan Asean+3 diperkirakan akan tetap terkendali dengan baik. Inflasi—kecuali di Laos dan Myanmar—diperkirakan akan berada di kisaran 2,1% pada tahun 2025, didorong oleh peningkatan permintaan domestik dan penyesuaian sisi penawaran.
Kendati demikian, risiko peningkatan inflasi tetap ada terutama yang berasal dari potensi lonjakan harga komoditas global dan kondisi cuaca yang buruk.
Kawasan Asean+3 sendiri diyakini akan berkontribusi terhadap lebih dari 40% pertumbuhan ekonomi global. Kendati demikian, negara-negara kawasan Asean+3 tetap tidak imun dari dampak kebijakan moneter AS.
Bank sentral AS The Fed sendiri mulai menurunkan suku bunga acuannya. Namun, perubahan kebijakan pemerintahan baru yang mengancam peningkatan tarif dan pemotongan pajak dikhawatirkan akan membuat The Fed mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi.
"Ekspektasi peningkatan ekspektasi suku bunga AS dapat memperlebar perbedaan antara jalur suku bunga AS dan kawasan regional, sehingga mempersulit pelaksanaan kebijakan moneter bagi ekonomi Asean+3," tutup Hoe.